Thursday, February 11, 2016

Apes


Mungkin saya sedang apes. Pertama kali menjajal peruntungan dengan mencoba berkarir di dunia baru, ehhhh…. Industrinya malah sedang terpuruk. Ancaman pemutusan hubungan kerja saat ini terus membayangi saya dan teman-teman lain. Tapi sebenarnya bukan industri tempat saya bekerja saja yang sedang terseok. Pasti kalian sudah baca kan kalau Ford Indonesia beberapa waktu lalu memutuskan untuk menutup kantor mereka di Indonesia. Media tempat dulu saya bekerja juga sudah gulung tikar bulan Agustus tahun lalu, yang disusul dengan media-media lain.
Yah.. Ekonomi memang sedang melambat. Saya memang tidak ahli menjelaskan apa yang terjadi saat ini. Tapi bagi industri yang tidak kuat menghadapi resesi, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) semakin sulit untuk dihindari.
 
Kalau saya ditanya (macam pertanyaan reporter tvOne) bagaimana perasaan saya saat ini? Surprisingly, Biasa ajah tuh… Ga ada perasaan takut gimana nanti bayar cicilan rumah dan cicilan lainnya. Ga khawatir juga nanti masih bisa bayar kebutuhan sehari-hari atau ga? Mungkin karena saya percaya, saya punya Tuhan yang sangat baik. Yang (kadang-kadang) selalu memberikan apa yang saya mau. Terlebih, ketika saya ceritakan perihal ini kepada suami, Ia pun dengan enteng hanya bilang; “Ok, nanti kamu bantuin aku jualaan ajah yah...” Ini juga yang membuat saya lebih tenang.
Atau mungkin juga berkaca pada pengalaman saya dulu yang tiba-tiba memutuskan untuk berhenti kerja, padahal saat itu pendapatan saya lebih besar dari suami. Tapi kami berdua survive-survive saja tuh. Yah… memang sih ada yg harus di adjust. Misalnya kalau sebelumnya bisa tiap minggu ngemol dan mamam enak, tapi setelah tidak bekerja cukup satu bulan sekali. Atau lebih sering masak dan mengurangi jajan. Intinya adalah, cukup atau tidak cukup tergantung bagaimana kita pintar-pinta mengatur saja.

Jujur saat itu saya memang sangat khawatir dan agak-agak belum siap untuk menurunkan standar hidup. Beruntung saya punya pak Gentur yang selalu jadi pelampiasan ketika saya sedang down (maafkan akuhhhh yah suamikuhhh..! hehe…) dan sahabat-sahabat terbaik yang selalu mentraktir saat kongkow, sehingga saya bisa melewati masa-masa sulit itu.

Dengan beberapa adjustment tadi, saya bahkan tidak perlu membobol tabungan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Kami hidup cukup kok. Masih bisa makan 3x sehari, tanpa perlu berhutang sana-sini.

Berangkat dari situ, saya lebih tenang menghadapi kondisi apapun terkait status saya sebagai pekerja saat ini. Bahkan kalaupun saya harus kehilangan pekerjaan, sepertinya saya tidak akan bersikap reaksioner dengan menuntut perusahaan atau apalah. Memang kondisinya lagi begini, kita bisa apa?

Dan bukan pula saya tidak bersimpati dengan pekerja-pekerja lain yang sudah kehilangan pekerjaan. Tapi, hey… life must go on.  Ini terjadi pada hampir semua sektor ekonomi loh. So, prepare for the worst. Percaya saja, rejeki sudah ada yang atur. Yang kita perlukan hanya bekerja lebih keras dan menyerahkan semuanya pada yang diatas.
"Tapi lo kan punya suami, met. Masih ada yang support. Kalau yang kena PHK suami yang istrinya tidak bekerja, gimana?" Kata teman saya suatu hari. Well, that's why I said always be prepared for the worst. I know maybe talk is cheap, tapi sampai kapanpun yang namanya masalah pasti akan selalu ada. So, again, be prepared for the worst!

Gitu yah... This is just my two cents.. Please don't be so offended! :)

No comments: