I could stay at home, but I prefer to work because I wanna teach my kids nothing in life comes easy ...
Friday, May 11, 2007
Yupss... It's B'day
Ga terasa udah 24 tahun berlalu. Kalau mau dirunut ulang, banyak sekali kejadian yang 'ngga' banget karena ketololan saya atau masalah-masalah lain diluar kewenangan kita sebagai manusia. Tapi sebagai penyeimbang, hal-hal menarik dan menyenangkan juga banyak terjadi. Sesuatu yang bahkan merubah saya secara personal maupun lingkungan.
Ehm, mungkin saatnya untuk kontemplasi diri lagi. Karena entah kenapa, akhir-akhir ini orientasi saya akan masa depan semakin memudar. Yah, standar lah.. karena masalah cinta, keluarga, juga teman-teman atau kejenuhan karena beban dan ritme kerja yang mulai gila-gilaan.
Apapun itu, saya harap di tahun 2007 yang tinggal setengah ini, saya mendapat secuil harapan dan kesempatan untuk membahagiakan keluarga dan menggapai segala cita..
Amien ...
Happy B'day MEITA .....
Wednesday, May 9, 2007
Gara-Gara SIPUT
Karena bosan dan ingin menyusul sang suami ke Australi, salah seorang sahabat saya memutuskan untuk berhenti kerja beberapa waktu lalu. Saat itu, tak ada fare-well party untuknya, karena memang ia tidak ingin.
Monday, May 7, 2007
Tentang bertahan hidup
Maka masuklah puisi singkat ini ;
BERTAHAN HIDUP
Coba untuk ulangi apa yang terjadi
Harap 'kan datang lagi
Semua yang pernah terlalui
Bersama alam menempuh malam
Walau tak pernah ada kesempatan
Terjebak dalam jerat mengikat
Namun tekad nyatakan bebas
Temukan diri di dalam dunia
Tak terkira...
Semua mati dan menghilang
Terlalu pagi temukan arti
Jalan panjang semakin lapang
Hanya dahan kering yang terpanggang
Tak ada teman telah terpencar
Namun waktu terus berputar
Peduli apa terjadi
Terus berlari tak terhenti
Untuk raih harapan
Di dalam tangis atau tawa
Temukan diri di dalam dunia tak terkira
Tak berarti tak akan pasti
Terlalu gelap...pergilah pulang
>>>>>>
mungkin itu cocok untuk suatu ungkapan
" Bertahan Hidup "
itu tulisnya
Sunday, May 6, 2007
Cuci darah
Setelah mencari kesana-sini, termasuk ngotot-ngototan sama orang-orang RSCM yang sok formal itu, akhirnya saya berkenalan dengan Tarna (31), ayah satu anak yang sudah dua tahun lebih menderita ginjal kronik..
Ia bercerita, penyakit ini bersumber dari kebiasaan kurang mengkonsumsi air putih dan kerap menunda buang air kecil. Awalnya, liver adalah penyakit pertama yang di vonis dokter. Maka setelah vonis pertama itu, ia pun sibuk mengkonsumsi beraneka ragam obat-obatan yang disarankan oleh dokter tadi.
Namun sayangnya, rasa sakit belum juga berlalu. Atas saran seorang temen, pria kurus hitam ini mencoba untuk menjalani berbagai terapi alternatif. "Tapi bukannya sembuh, malah saya langsung di vonis ginjal kronik. Mungkin karena jamu-jamuan yang biasa saya minum," ucapnya pelan.
Dan disinilah sekarang Tarna. Menghabiskan hampir setengah dari hidupnya untuk menjalani proses hemodialisis atau cuci darah, karena ginjalnya tidak lagi berfungsi.
Putus asa dan rasa ingin mati langsung memenuhi hari-hari Tarna bersama keluarga. Bagaimana tidak, di masa-masa awal menjalani proses ini ia harus kehilangan hampir seluruh harta bendanya. Cuci darah memang bukan barang murah. Terlebih jika harus dilakukan, minimal dua kali seminggu untuk dapat bertahan hidup. ”Kalau ngga inget anak, saya mah udah ga mau ke sini (RSCM) lagi. Biarin, mati aja,” selorohnya lirih.
Berangkat dari keluarga yang cukup berada, kini Tarna harus mengemis kepada pemerintah. Uang tabungan dan tunjangan yang ia dapat dari bekerja sebagai teknisi di sebuah pusat perbelanjaan, habis sudah. ”Tapi semangat hidup saya, masih ada,” tandas pria yang kini tak lagi bekerja itu.
Tarna memang 'beruntung'. Negara mau sedikit menanggung segala penderitaanya. Lalu bagaimana yang lain? Tidak sedikit juga yang harus mati karena tak ada biaya dan pemerintah pun melenggang begitu saja. What I'm trying to say is, pemerintah memang tidak punya dana memadai untuk mengobati segala penyakit. Tapi prinsip sedia payung sebelum hujan seharusnya bisa menjadi motto andalan.
Lakukan sosialisasi tentang bagaimana menjaga kesehatan. Turunkan para ahli secara rutin untuk memberi penyuluhan. Saya rasa, dananya akan jauh lebih murah. Hmm.. mungkin terdengar soal saya ngegampangin. Tapi mo gimana lagi, saya cuma pengen ga ada yang sakit aneh-aneh lagi. Cukup flu, sakit kepala dan sakit gigi saja.
Sunday, April 1, 2007
lobi lagi.. lobi lagi..
"Ini jelas melanggar UUD '45 tentang sistem politik luar negeri kita yang bebas aktif," ujar Abdillah Thoha, salah satu penggagas Interpelasi dari PAN dalam suatu kesempatan terpisah.
Tidak seperti hak interpelasi maupun angket sebelum-sebelumnya, yang satu ini kemungkinan berhasilnya cukup besar. Bahkan Wapres, Jusuf Kalla yang notabenenya juga seorang Ketua Umum Partai terbesar itu juga keliatannya mulai melunak. Ini terlihat dari sikapnya yang mempersilakan aksi para anggota dewan.
Tapi nanti dulu, Fraksi Partai Demokrat ternyata juga sudah bersiap dengan jurus lobi-lobi politik untuk membatalkan aksi tersebut. Sekretaris Fraksi Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana ketika saya tanyakan mengenai hal ini pun, tidak memungkiri jurus lobi-lobi tadi.
Namun terlepas dari itu semua, ada yang menurut saya sangat lucu. Selama priode anggota DPR 2004-2007, setidaknya ada sekitar tujuh hak interpelasi dan angket yang kandas dalam Sidang Paripurna. Mulai dari kenaikan BBM 2005 lalu, pemanfaatan blok cepu oleh Exxon Mobil sampai dengan dua kali impor beras yang gagal semuanya.
Bagi saya pribadi, ini jelas konyol. Sebab persoalan dalam negeri, yang jelas-jelas ada di depan mata, ternyata tidak menjadi sesuatu yang 'seksi' bagi anggota dewan ini. Ok lah jika memang sikap Indonesia di mata dunia itu penting, tapi apakah tidak kalah penting dengan rakyat yang harus menjerit karena harus bersaing dengan beras-beras impor atau pun ketika harga bbm melambung tinggi.
Well, Saya memang tidak punya solusi untuk ini. Mungkin saat ini, saya hanya bisa mengamati