Saturday, December 28, 2013

Tahun Baru 2014

Dulu saya tidak pernah membayangkan, akan seperti apa kehidupan saya diusia 30 tahun. Apa saja yang sudah akan saya raih diusia itu. Saya sebenarnya bukan tipikal orang, yang suka merancang masa depan. Jadi bagi saya, hidup biarkan mengalir saja. Ga visioner banget deh pokoknya. Hehe..

Tapi disamping konsep hidup yang mengalir itu, saya adalah orang yang sulit untuk menawar saat ingin sesuatu. Pokoknya, gimana caranya harus dapat.

Jadi misalnya ketika menikah dulu, saya menargetkan 2 tahun baru beli rumah. Sebab kami tidak punya uang waktu itu. Standar pasangan muda yang baru saja menikah. Saat itu hitungan kasar saya, kita sudah akan punya uang untuk bayar down payment rumah dalam kurun waktu dua tahun.

Tapi keinginan punya rumah ini, terus saja menghantui saya. Pokoknya harus dapat. Saya tidak mau anak-anak saya nanti ikut merasakan hidup di kontrakan sempit dan cukup kumuh, yang jadi tempat tinggal pertama kami.

Dan selang tiga bulan setelah menikah, saat kami ada sedikit rejeki, kami sok-sokan memutuskan untuk membayar tanda jadi sebuah rumah indend sederhana.

Gaji kami berdua tak seberapa saat itu. Ga heran dalam proses pengajuan KPR, Bank sempat menolak dan meminta kami memberi tambahan uang muka. Tentu kami menolak. Uang dari mana lagi? Saya sempat patah semangat. Pihak bank menawarkan agar kami berhutang pada developer. Lalu saya bilang, "anda saja tidak mau mencairkan pinjaman karena menilai kami tidak sanggup bayar, masa kami harus menambah utang baru"? Singkat cerita, akhirnya bank itu mau mencairkan pinjaman kami. Hoooreee.. Hehe!

Pun demikian kita kami ingin merenovasi rumah. Kami tidak beruntung, mendapat rumah dengan kualitas yang sangat buruk karena developer yang tidak serius menggarap rumah kami.

Bingung mendapatkan uang dari mana untuk biaya renovasi. Tapi memang dasar jalannya yah, selalu ada saja rejeki untuk mewujudkan keinginan tadi.

Demikian juga dengan hal-hal lainnya, walaupun tidak semua juga sih. Yang ga kesampaian, juga ga kehitung banyaknya. Hehe..

Kadang saya cape sendiri suka terlalu obsesi sama suatu keinginan. Tapi ketika saya menahan diri untuk tidak selalu mengejar keinginan tadi, kok hidup serasa hambar yah?

Jadi usia ke-30 ini, saya sebenarnya merasa lebih dari cukup. Punya dua anak sehat, suami yang baik dan pekerjaan yang layak.

Tapi tetap kok, saya juga rajin ngeluh. Sering merasa tidak puas. Suka gatel hunting tempat kerja baru. Pengennya ini itu. Selalu haus sama tantangan baru.

Yah namanya juga manusia. Ga ada puasnya. Hehe...

Anyway, Selamat tahun baru! Yakin banget, tahun ini bakal banyak kejutan seru yang ga terduga dan menyenangkan.

Amiinnn....

Sunday, December 1, 2013

Ngarep

Setelah dicermati, salah satu hal dan paling dominan yang bikin manusia frustrasi adalah kebanyakan ngarep. Apalagi ngarep yang jauh banget dari harapan. Misalnya, saya selalu ngarep tiap berangkat ke kantor itu lancar. Tapi kenyataannya..? Hari gini, kalau bukan tengah malam mana mungkin jalanan lancar.
Contoh lain misalnya, kita ngarep pasangan kita bersikap A atau berperilaku B. Tapi mengubah sikap orang kan tidak semudah membalikan telapak tangan? Makanya, daripada terlalu ngarep mending relain ajah deh si pasangan begitu. Siapa tahu, nanti lama-lama juga sadar sendiri.
Hal sama juga berlaku dalam konteks pekerjaan, pertemanan, perkeluargaan dan sebagainya. Yang saya pelajari selama ini semakin ngarep semakin bikin frustrasi. Misalnya, kok punya bos nyebelin banget sih. Ga tau cara menghargai orang dan songong pulak.
Lalu kita pikir lagi, ada berapa banyak hal nyebelin dari kantor? Misalnya, ternyata salary kita OK tuh disitu, fasilitas dan tunjangannya juga lumayan. Orang-orangnya? Yah paling cuma satu dua orang ajah yang nyebelin sisanya menyenangkan. Apa kita masih perlu ngarep si Bos berubah jadi baik?
Demikian juga dengan pertemanan. Kita ngarep dengan menceritakan kesusahan kita, kita punya seseorang yang akan menyuport atau membesarkan hati kita. Tapi pada kenyataan, kita malah di judge macam-macam misalnya kebanyakan ngeluh atau ga tahu bersyukur.
Seandainya kita ga ngarep, maka kita akan menerima itu sebagai masukan positif. Tapi karena ngarep, maka kecewa lah kita. Hehe..
Nah dengan begitu menurut saya, penting bagi kita mengontrol kengarepan kita biar tidak kecewa. Well, talk is cheap. Ngomong gampang, tapi susah untuk diterapkan. Tapi disitulah seninya.
Jadi hidup itu seni dalam mengendalikan sikap suka ngarep agar kita, bisa lebih bahagia, tsaahh...
Salam Super..

Wednesday, November 20, 2013

Liburan

Hari ini 'wednesday slow machine' banget. Badan remuk redam. Sisa-sisa habis begadang beberapa hari ini, karena kemarin anak-anak sempat demam.
Jadi hari ini kerja secukupnya saja dan sambil iseng-iseng hunting tiket murah. Lagi suntuk yang never ending. Butuh liburan banget nih. Liburan yang cuma santai-santai di pinggir pantai bareng pak Gentur. Iyah bareng pak Gentur ajah, berdua tanpa para bocah. Bisa ga yah?
Bisa sih harusnya. Tapi kasian juga anak-anak, ga tega ninggalinnya. Terutama si sulung yang udah ngerti dan selama ini ga pernah pisah dari kita. Kalaupun dulu saya suka tinggalin buat kerja, tapi selalu ada bapaknya yang nemenin. Nah kalau kita dua-duanya pergi selama beberapa hari, kayanya dia bakal rewel nanyain terus.
Yang paling memungkinkan sih pergi ke tempat liburan terdekat. Semua di boyong, termasuk yang jagain anak-anak. Kemarin juga gitu sih. Cuma ke Anyer, tapi fun banget.
Nah kalau misalnya mau ke Lombok, atau tempat lain yang agak jauhan masa rombongan sirkus dibawa juga? Bangkrut dong negara.
Atau yang gede ajah dibawa? Si kecil ditinggal? Kasian tapi. Kalau besarnya dia tau, pasti mikir orang tuanya milih kasih?
Gini nih jelek saya. Kebanyakan mikir. Mengkhawatirkan sesuatu yang belum tentu terjadi. Payah. Emak-emak rempong banget. Huhu...
Jadi, liburan kemana kita..?




 


  

Monday, November 18, 2013

Break

Sepanjang usia produktif, tidak pernah sekalipun saya jobless. Saya bahkan sudah bekerja sebagai pekerja profesional saat masih duduk di bangku kuliah. Kalau di total, sudah hampir 9 tahun saya berprofesi sebagai pekerja media.

Jenuh sih. Bosan. Ingin coba hal baru, tapi saya terlanjur jatuh cinta pada pekerjaan ini. Kayanya, ini pekerjaan yang paling asik se-dunia. Kita di tuntut untuk tahu banyak setiap hari. Tambah ilmu, tambah pengetahuan. Terus dibayar lagi. Gimana ga asik?

Tapi sejak pertengahan tahun lalu, tepatnya setelah pindah dari media tempat saya hampir 5 tahun berkarya, rasa jenuh ini semakin menjadi-jadi. Saya benar-benar ingin break, istirahat, ingin melakukan semua hal yang sulit saya lakukan seperti sekarang ini.

Saya ingin di rumah saja. Ngurus anak-anak. Memasak. Membaca buku-buku yang sudah lama ingin saya baca. Menonton film. Tidur dan bangun tanpa dijadwal. Pergi ke tempat-tempat yang sudah lama ingin saya kunjungi tanpa ada beban kerja. Menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga dan sahabat-sahabt saya. I really want to be freewoman. Yah at least for two or three months, keluar dari rutinitas sebagai makhluk pekerja.

Dan saya tidak pernah takut nantinya kesulitan mendapat pekerjaan. Karena prinsip standar, dimana ada kemauan disitu ada jalan. Ga sulit kok cari kerja. Yang sulit adalah mendapatkan pekerjaan sesuai dengan standar hidup kita.

Nah.. This is the problem. Siap kah saya, setelah jobless nanti bekerja tidak seperti yang saya harapkan? Karena bukannya ingin besar kepala, tapi saya yakin banyak yang ingin mendapat tempat seperti saya sekarang ini.

Ditempat saya sekarang ini pekerjaan menyenangkan, salary lumayan, weekend dan hari-hari besar libur. Asik banget kan?

Lalu kalau nanti ternyata pekerjaan saya tidak sesuai harapan, apakah saya siap menurunkan standar hidup saya? Siap mengetatkan ikat pinggang, untuk memenuhi kebutuhan?

Rasanya, ga siap sih. But I really need a break! Gimana nih..? Hiks.. :/

Stigma

Kenapa yah, kondisi psikologis perempuan selalu dikaitkan dengan status sosialnya? Misalnya, kalau punya atasan yang doyan marah-marah pasti orang akan menebaknya dia single alias belum menikah.

Entah bagaimana awalnya bisa muncul stigma seperti ini. Apakah dari kaum pria yang tersisih karena kepemimpinan perempuan? Atau apa?

Padahal yang namanya kelakuan aneh atasan, menurut saya sih ga pandang gender. Dulu bos saya cowok, terkenal dan pintar tapi kelakuannya tetap saja absurd.

Tapi kembali lagi soal perempuan yang belum atau menikah. Saya sebenarnya ga percaya kondisi emosional seseorang terutama dalan bekerja dipengaruhi status sosial dia. Yah kalaupun dipengaruhi, efeknya ga signifikan lah. Sampai saya mengalami sendiri, dipimpin perempuan-perempuan hebat yang masih melajang.

Karakter mereka rada-rada mirip: suka ngambek, merasa paling benar, suka marah-marah ga jelas dan sangat sensitif.

Saya sebenarnya ga mau sih langsung mencap mereka 'bermasalah karena belum menikah'. Kayanya picik banget mengaitkan karakter orang dengan status sosial. Tapi bagaimana dong, ini kejadian berulang kali. Selalu merasa tidak nyaman, dipimpin perempuan yang masih lajang.

Entah saya yang termakan stigma sosial masyarakat kita?, atau memang mereka-mereka inilah yang membuat stigma tentang diri mereka sendiri dengan berkarakter seperti saya sebutkan tadi?

Entah lah..

Yang jelas, saya tidak percaya kehebatan seorang perempuan dipengaruhi status sosial mereka. Perempuan bagaimanapun juga, memang hebat kok meski belum menikah ataupun sudah.

Bagaimana menurut anda..?

Saturday, October 12, 2013

Happy Birthday Einar

Wajar ga sih, kalau bayi umur 1 tahun sangat depending banget sama Ibunya..? Ga mau sama siapa-siapa, bahkan (kadang-kadang) ga mau juga sama Bapaknya. Dia hanya mau didekati atau digendong sama Ibunya dan yang mengasuhnya. Bahkan kalau ada Ibunya, sama pengasuhnya pun dia ga mau.

Ini yang terjadi sama baby Einar Albarr Radiantara. Di usia setahun, dia masih depending banget sama saya, ibunya. Kalau ada Ibunya harus nempel, maunya digendong. Jadi suka bikin sensi, kalau badan lagi capeee banget.

Saya pernah menanyakan ini sama seorang Dokter Spesialis Anak. Jawabanya santai banget: "bagus dong dia mau sama Ibunya terus. Kalau ga mau, malah lebih pusing."

Benar-benar tidak menjawab pertanyaan. Boro-boro memberikan solusi. Anyway, memang ada benarnya sih jawaban sih Dokter. Bersyukur baby Einar masih dekat sama Ibunya yang lebih sering diluar saat dia bangun, untuk kerja.

Dan kemarin si ganteng ulang tahun yang pertama, tanpa lagi sakit apa-apa. Saya memang agak khawatir dengan kesehatan Einar. Soalnya belum genap setahun, sudah dua kali opname di rumah sakit.

Dibanding kakaknya, Einar memang lebih ringkih. Padahal saya tidak membedakan cara merawat keduanya. ASI, makanan rumahan, semua saya berikan.

Ini kadang yang membuat saya mikir, ternyata ga semua anak ASI tumbuh sehat. Ga semua anak yang makan makanan rumahan, ga kena sakit yang aneh-aneh. Segitu saya merawat dan menjaganya, Einar tetap kena bisul besar yang membuat dia harus dirawat. Dan yang terakhir diare dan muntah-muntah karena rotavirus. Ada faktor-faktor lain yang mungkin diluar kemampuan kita untuk optimalisasi tumbuh kembang anak.

But, overall he's just fine. Makannya banyak, berat badannya bagus, perkembangan motorik dan sensoriknya OK. Dan sekarang lagi sehat-sehat ajah. Yah, agak meler sih baru ketularan mas Danis pilek.

Tapi apapun itu... Happy birthday, the beautiful one.. Sehat selalu yah nak. I'm dying if you're sick. And thank for choosing me as your mom. Me love you so much, son.. :*

Saturday, September 28, 2013

Give me some enlightments

Kemarin lagi agak santai di kantor, ga sengaja nemu artikel tentang tumbuh kembang anak. Di artikel itu intinya, kita sebaiknya tidak memaksakan sesuatu yang bukan kesukaan atau bidang yang dikuasai anak. Singkatnya, kalau anak nilai matematikanya jelek tapi nilai olahraganya bagus, ya udah fokus saja di olah raga. Ga perlu maksa dia buat suka apalagi bisa matematika.

Lalu saya menarik inti artikel tadi dalam konteks kehidupan saya sendiri. Saya selalu gagal pada suatu bidang. No matter how hard I try, I always failed. Yah, mungkin karena ga fokus ajah kali yah. Tapi intinya, bidang ini adalah kelemahan saya.

Tapi lucunya, saya sangat tertarik di bidang ini. Karena saya percaya, jika saya menguasainya saya akan meraih tujuan akhir dari sesuatu yang sangat saya impikan.

Dan setelah saya baca artikel tentang tumbuh kembang tadi, saya jadi berpikir should I stop? And try to focus with my streght? Ngapain masih nguber-nguber sesuatu yang jelas-jelas tidak kita kuasai? Toh tanpa saya harus bersusah payah meraih mimpi saya tadi, hidup saya sudah OK banget kok. Tak ada yang saya keluhkan kecuali macet dan kebosanan. :)

Tapi di sisi lain, saya terlalu sayang untuk melepaskan apa yang saya sudah bangun dari awal. Well, bisa dibilang give up is not an option. Suka kepikir, ketika saya terus jalanin ini, kali ajah tiba-tiba mimpi saya jadi nyata karena saat itu hokinya lagi bagus gitu. Jadi sayang kan kalau berhenti?

Tapi lagi, consider kalau hidup cuma sekali, apa ga buang-buang waktu, tenaga, pikiran dan biaya dalam menjalani sesuatu yang kita tahu bukan keahlian kita?

What dou you think, guys? Give me some enlighment, please...

Thursday, September 12, 2013

Flu

Sudah seminggu lebih, flu belum juga pulih. Batuk, pilek, badan remuk redam. Hal sama saya rasakan, bulan lalu. Flu ga sembuh-sembuh sampai lebih dari seminggu.

Sedih daya tahan tubuh jelek banget sekarang. Entah karena pola hidup yang ga sehat, atau karena saya terlalu keras sama diri sendiri. Atau kombinasi dari keduanya?

Saya memang bekerja keras di kantor. Dirumah, jarang bisa istirahat nyenyak karena sikecil masih nyusu. Belum lagi kerempongan rumah lainnya, yang harus saya sendiri yang mengurusi.

Saya juga sedang menyimbukan diri, minimal dua kali seminggu pasti pulang malam. Yah, demi masa depan. Harus gini, memaksimalkan potensi diri. No pain, no gain..

Anyway, sebenernya setiap saya kena flu itu pasti karena tertular pak Gentur. Orang ini, gampang banget flu. Akhirnya satu rumah, termasuk anak-anak ikut ketularan. Syukur, kalau anak-anak biasanya sebentar juga sudah sembuh. Tapi saya ini, lamaaaa banget sehatnya kalau udah kena flu.

Seperti saya, pak Gentur juga saya lihat terlalu keras sama dirinya. Dia jarang memaksimalkan waktu istirahatnya dengan baik. Kalau malam, pak Gentur suka bangun dan mengurus usaha kecil-kecilannya.

Yah, yaudah lah yah... Namanya juga masih muda. Mari kita maksimalkan segala potensi yang ada.

Sementara, dinikmati dulu saja flunya.. :)

Tuesday, September 10, 2013

Berkaca-kaca

Diulang tahunnya kemarin, saya sukses bikin pak Gentur berkaca-kaca. Well  I didn't plan it. Saya cuma menaruh kado di atas bantal ketika si pak Gentur sedang mandi dan kemudian saya kembali tidur (pura-pura tidur tepatnya).
 
Tapi setelah selesai mandi, si pak Gentur tak kunjung melirik ke kado itu. Ah.. Payah deh. Terpaksa saya panggil-panggil karena ga sabar melihat reaksinya. Hehe..
 
Nah disini lah momen berkaca-kaca itu dimulai. Pertama dia kaget karena saya ingat ulang tahunnnya (yaiyalaahh, menurut ngana????). Kedua ketika kado dibuka, maka bertambahlah itu 'kaca-kaca' dimata. Dia seneng bangeeeettt, saya ngadoin parfume yang sudah lima tahun diincar.
 
Soalnya selama ini kalau mo beli, selalu kebanyakan mikir. Yaudah, saya beli ajah buat kado (walaupun sekarang jadi saya deh yang mikir, gimana melanjutkan hidup mengingat gajian masih lama.. _ _")
 
Yah, begitu lah pak Gentur. Tampang boleh sangar, tapi hati tetep hello kitty. Hehe...
 
Selamat ulang tahun pak.. :)

Friday, August 2, 2013

People change, except the man

Yup, kebanyakan dari kita pasti berubah. Kecuali kaum pria. Well, I'm talking about pak Gentur dan beberapa habitnya yang suka bikin keki.

Sepele sih apa yang bikin saya keki itu. Tapi menurut saya ga bisa disepelekan juga. Kaya kebiasaanya begadang, susah makan sayur and so on.... Udah dikasih tahu, masiiihhhh ajah batu. Nanti kalau udah sakit, siapa juga yang bakal rempong?

Cerewet banget yah saya? Yah, namanya juga ibu-ibu. Mo gimana lagi.. Tapi harus ingat kata seorang teman, dibalik pria sukses pasti ada wanita yang mencerewetinya. *uhuk

Anyway balik lagi soal habit si pak Gentur ini. Yang paling bikin saya sebel adalah kebiasaanya kalau lagi hangout sama temen dan pulangnya malem. Udah dikasih tau berkali-kali, kalau nongkrong inget waktu. Tapi seringnya bablas.

Saya sih sebenarnya ga masalah sama habitnya yang ini. Mo pulang malem kek, mo ga pulang kek, that' s his bussiness. Ga terlalu peduli. Toh, ga tiap minggu juga si pak Gentur nongkrong.

Tapiii masalahnya adalah, si Pangeran Dandan ga mau tidur kalau ga ada bapaknya. Dia ga mau diajak masuk kamar. Mainnn.. trus, sambil nunggu bapaknya pulang. Sampai akhirnya cape dan tertidur di depan tv. Coba, gimana ga bikin keki?

Buat saya, udah lewat deh masanya nongkrong ga inget waktu. Saya punya komitmen sendiri, ga mau sampe dirumah lebih dari jam 10. Suka kasian juga sama si bibik, yang terpaksa 'lembur' jaga anak-anak karena saya pulang malam.

Saya komit banget sama komitmen ini. Karena toh, ini juga ga lama. Nanti mereka gedean dikit, bisa diajak ngobrol dan diskusi, kita juga bisa lagi kok balik hedon kaya jaman jahiliyah dulu. Yah pasti kalau udah tuaan, hedonnya akan lebih sopanan kali yah? Hehe..

Well anyway, begitulah para pria. Susah buat dikasih tahu. Sampai kapapun, they're not gonna be a man. They're just a boy!

Monday, July 29, 2013

Be careful

Obrolan dengan pak Gentur ketika mau beli duren montong, pada suatu hari.
 
G : ah.. Mahal banget nih duren. Kayanya dulu ga segitu harganya.
M : lah, kamu ga tau? Juli ini ajah inflasi kita sampai 2% gara-gara kemarin BBM naik dan pasokan pangan ga terjaga selama bulan puasa. Akhir tahun, overall bisa 8%. Jauh dari target APBN. Ga heran harga-harga pada mahal. Makanya kalau tahun ini naik gaji ga sampe 8%, percuma ga bakal kekejar sama inflasi.
G : ..!?!$$$$?!?!.,$|?...
 
Mungkin pak Gentur mikir, "busettt.. Belagu banget nih bini gw. Baru juga seminggu kerja di tv ekonomi...,"
 
Hihihiii... Saya memang semakin belagu akhir-akhir ini. Seneng sama kerjaan baru, tiap hari selalu belajar dan dapat pengetahuan baru. Pokoknya pak Gentur sekarang, kalah cepet lah dari saya. Hehe..
Padahal kalau dibanding kerja sebelumnya, kerja sekarang gilak banget. Ga berhenti-henti. Pas jam istirahat juga, dipakai cuma gitu doang. Apalagi bulan puasa kaya gini, berhenti cuma kalau pipis dan sholat ajah.
 
Masih mending buruh di Kawasan Berikat Nusantara deh. Bisa dapat istirahat, walau cuma setengah jam (*mulai lebay).
 
Tapi anehnya, I'm really having fun with my job. Suka ga berasa, tiba-tiba udah sore ajah. Jam kerja juga teratur, kaya masuk orang kantoran ajah gituh. Sabtu-minggu libur. Hihi.. Seneng deh.
Walaupun saya suka kangen juga sih sama kerja lapangan dengan waktu yang bisa diatur sesuka hati. Hanya memang rutinitas kantoran ini dulu begitu saya idam-idamkan saat berasa capeee banget sama kerja serabutan.
 
And here I am... Berada di tempat yang dulu diinginkan. So guys, be careful with what you wish for yah. Hehe.... :)

 

Sunday, July 28, 2013

Obat

Sejak punya anak, saya suka antipati terhadap obat. Standar orang tua baru sih, selalu ingin kasih yang terbaik semaksimal mungkin. Salah satunya, yah ga sering-sering kasih obat.
 
Jadi kalau anak-anak demam, saya biasanya cuma susui terus, skin to skin contact dan alhamdulillah sih cepat sembuh. Paling malem dikasih paracetamol, biar anaknya bisa istirahat dan ibunya juga. Hehe..
 
Apalagi kalau cuma batpil, saya ga pernah kasih apa-apa. Home treatment ajah. Kasih makan bergizi, sedikit tapi sering (karena anak biasanya kalau sakit susah makan), dijemur dan sisanya biar daya tahan tubuh si anak sendiri yang bekerja.
 
Cara saya ini sering diprotes sama tetangga. Mereka suka bete karena ujung-ujungnya anak-anak mereka suka ketularan. Hehe.. Abis mau gimana lagi, batpil itukan karena virus. Nanti juga sembuh sendiri. Masa batpil ajah dikasih puyer.
 
Wong Danis pernah kena penyakit mulut dan kaki, juga ga saya kasih apa-apa hanya paracetamol saja dan sembuh ga pake lama. Yang terpenting, tingkatin daya tahan tubuh anak dengan gizi seimbang dan istirahat yang cukup.
 
Kebiasaan saya yang jarang kasih obat ini, akhirnya bikin anak-anak susaaahhh banget dikasih obat. Setiap dikasih obat, dilepehin. Kalaupun masuk, dimuntahin lengkap dengan semua makanan dan minuman yang tadi dimakan dan minum.
 
Aselik inj bikin pusing banget, terutama saat mereka memang perlu minum obat. Kaya sakit baby Einar Bisul ini. Gara-gara antibiotiknya ga diminum dengan benar, si bisul jadi tambah parah. Dokter begitu lihat, langsung mutusin buat dirawat agar antibiotik bisa masuk lewat infus.
 
Hadeuh... Langsung drop dengarnya. Ga tega bayi sekecil gini harus dibedah buat ngebersihin bisulnya, lalu ditusuk-tusuk jalan infus. Belum lagi harus ninggalin Danis, kerjaan and so on.. and so on.
 
Tapi syukur sih, satu persatu hal yang sayang takutkan sudah lewat. Alhamdulillah ga lama bisulnya dibersihkan, suhu Einar perlahan mulai adem. Kasian, seminggu lebih demam ga turun-turun.
Sekarang lagi usaha biar boleh pulang. Harusnya sih besok. Karena antibiotik.minimal diberikan buat tiga hari.
 
Anyway, jadi pelajaran juga nih buat saya. Bahwa segala sesuatu ga perlu lah berlebihan, terlalu kekeuh. Karena.kesotoyan saya, anak-anak juga akhirnya yang susah. Maaf yah sayang.. :(
 
 

Saturday, July 27, 2013

Salut

Suka salut, errr... Lebih tepatnya iri sama workingmom yang masih punya waktu buat 'me-time' ke salon, bisa sering hang-out sama temen atau bisa kencan sama suami. Yang lebih salutnya lagi, bisa jalan-jalan ninggalin rumah berhari-hari. Bener-bener salut deh sama working mom model yang begini.
 
Saya, lupa kapan terakhir nyalon. Bahkan mungkin saya (dan suami) satu-satunya orang yang belum nonton man in steel di dunia ini. Hiks.. Kasian beut yah..
 
Well bukannya ga bisa sih. Tapi ninggalin rumah lama buat kerja ajah, rasanya udah sedih banget. Jadi kalau diluar kerjaan, suka mikir-mikir mau ninggalin rumah. Kasian anak-anak..
 
Yah saya sebenarnya bukan tipe yang ngurus anak banget sih. Kalo dirumah, tetep ajah si bibik yang lebih banyak ngurus anak-anak. Hihi.. Tapi at least saya dirumah kan? Dekat dengan mereka.
 
 
Kalau dulu waktu punya anak satu, skala prioritas saya memang relatif lebih longgar. Tapi sekarang dengan anak udah dua biji ginih, kayanya di otak cuma ada kerja dan rumah ajah. Susah buat mikir-mikir yang lain.
 
Memang sih, kadang suka mikir saya terlalu keras dengan diri sendiri. Terlalu ngotot si kecil tetap full ASI, untuk mengurangi rasa bersalah saya karena tidak selalu ada disamping dia. Padahal saya sudah cape pumping terus. Pengen juga minimal sebulan sekali lah, santai-santai merawat diri. Tapi yah itu, lagi-lagi kepikiran anak-anak terus.
 
Hihi.. Jadi kalau ada kesempatan nongkrong sama temen-temen, rasanya fuunnnn banget. Pengen lebih dipersering biar otak fresh, tapiiii... Yah sudah pada tahu kan alasannya apa. Hehe..
 
Terlepas dari itu semua, walaupun mungkin saya terlalu keras sama diri sendiri, but I'm truly happy with my life. It's like, I'm living in story tale. Tuhan maha baik..
 
Saya hanya mikir, mungkin ini saatnya saya rehat dulu dari kebiasaan selalu ingin nyenengin diri sendiri seperti jaman muda dulu.
 
Toh kalau anak-anak sudah besaran, sudah ngerti, pasti mereka dukung kok kalau ibunya pengen senang-senang. Hehe..
 

Bisul

Sejak Jumat lalu, si unyil baby Einar Demam. Awalnya sempet mikir kalau ga mau flu, mungkin tumbuh gigi. Bener ajah, dua hari kemudian agak ademan dan satu gigi nonggol dibawah.
Tapi anehnya, setelah itu si Einar panas lagi dan dibawah telinganya ada benjolan. Kata orang-orang mungkin gondongan atau mumps.
 
Saya sih ga khawatir, karena pas googling disebutin kalau itu karena virus jadi bisa sembuh sendiri.
Tapi dihari Rabu, demam masih ajah ga turun dan si suspect mumps itu makin membesar. Sepulang kerja, saya langsung bawa Einar ke RS terdekat. Benar saja, kata si Dokter anak ini gondongan.
 
Ga selesai disitu, beberapa hari kemudian demam ga kunjung turun. Dan benjolan dibawah telinga itu tambah besar juga mengeras. Tiap malam selalu rewel, ga mau tidur. Maunya ngempeng nenen mulu.
Karena tambah khawatir, saya bawa lagi Einar ke Dokter. Kali ini ke Dokter spesialis anak. Dan mau tahu apa kata si Dokter soal penyakit Einar...? Bisul sodara-sodaraaa....
 
Hadeuhhh... Ga abis pikir, kok bisa sih bayi kena bisul? Hiks, It was really broke my heart. Ngebayangin sakitnya itu. Pantes nih anak rewel banget.
 
Yaudah sama si Dokter, Einar dikasih obat racikan which is dari dulu saya paling anti ngasih ke anak-anak karena ga jelas kandungannya apa. Tapi demi cepet sembuh yah, saya akhirnya ngikut ajah. Walaupun sama si unyil tetep ajah obatnya dilepeh.
 
Saya juga kasih salep hitam yang buat bisuk tuh, plus telor kodok yang katanya obat mujarab biar bisul cepat pecah.
 
Sekarang tuh bisul nampaknya sudah siap meletus. Suhu badan Einar juga relatif lebih adem. Mudah-mudahan Senin besok sudah pecah bisulnya biar cepat sembuh dan semuanya bisa kembali normal lagi.
 
 

Monday, May 20, 2013

Perfect time to saying good bye

Wahhh... udah lama banget ga ngeblog. Rencana mau selalu mengabdikan berbagai momen dan cerita dalam hidup di blog ini, buyaaarrr semua karena ga punya waktu untuk nulis. Dan sekarang mumpung ada waktu sedikit, mari kita ngebloggg... :)

Well, di bulan ini ada dua momen penting terjadi. Pertama saya yang sudah tiga puluh tahun. Thirty, happy and still sexy jadi tema ulang tahun kali ini. Hehe.. Benar-benar senang bisa mencapai tiga puluh dengan banyak banget berkah yang didapat dalam hidup. Anak-anak yang sehat dan pintar, hubungan yang semakin baik dengan teman-teman dan orang tersayang, demikan juga dengan kerjaan. Yes, I’m truly lucky bitch! :)

Kedua adalah keputusan untuk meninggalkan tvOne. Yah, selama hampir lima tahun akhirnya saya memutuskan untuk mencari lahan bermain baru. Jangan ditanya yah rasanya, berrraattt.. banget! Sedih harus meninggalkan tempat dimana keajaiban selalu terjadi.

Ga kehitung deh banyaknya pengalaman, materi, suka dan (sedikit) duka yang saya dapatkan ditempat ini. Karena dengan berkarya disini, saya bisa mengunjungi tempat-tempat yang ngebayangin saja ga berani. Kayanya ga mungkin gitu saya menginjakan kaki disalah satu gedung yang pernah menjadi gedung tertinggi di dunia, Taipe 101. Ga mungkin gitu bisa menikmati malam minggu yang penuh warna di Sydney. Ga mungkin merasakan winter yang gloomy di Paris. Kayanya ga mungkinnnn... But it has happeneed! Dan saya senyum-senyum sendiri jika mengingat itu.

Beraattt banget harus meninggalkan televisi yang sekarang sudah semakin mapan. Kebayang dulu pernah ikut berjuang membesarkan tvOne. Dan bangganya minta ampun karena berjuangan itu berbuah manis. Setahun kerja disana sudah dapat bonus. Dan last than 3 years udah BEP.

Sekarang, tvOen itu kapitalisasinya sudah hampir 10 kali lipat hanya dalam lima tahun. Ga heran waktu Bakrie gonjang-ganjing, bos-bos media macam Hari Tanoe dan Chairul Tandjung langsung gatel pengen beli. Walaupun di Viva grup yang sekarang sudah listed ini ada portal online Vivanews dan Anteve, tapi semua tahu kalau mereka hanya tergiur sama tvOne.

Well, meski sering dihina dan caci maki, tapi faktanya tvOne memang tv berita nomer satu. Jika penonton butuh informasi terkini, tvOne pasti yang mereka cari. Saya bilang seperti ini bukan karena pernah menjadi bagian dari mereka yah, tapi base on rating dan share AC Nielsen selama lima tahun, bisa dihitung dengan jari berapa kali tv tetangga yang sama-sama tv berita mengalahkan posisi harian kami.

Makanya waktu bilang sama si Bos mau cabut, dia sempat bingung juga. “Lo mau cari apa lagi sih, met? Dari sisi kesejahteraan kita lebih baik dari tv berita lain. Sebagai tv berita, kita nomer satu. Lo butuh apa lagi sih,?

Hiks.. sempat raguuu banget waktu dikasih wejangan gituh. Ragu banget. Tapi mau gimana lagi. Surat resign sudah dikasih. Saya akan resmi mengundurkan diri per minggu pertama, bulan Juni nanti. Semua divisi sudah tahu kalau saya mau resign. Huhu.. kan malu kalo masih disitu ajah. Malah sudah sempet farewell juga sama tim.

Another day to remember :')

Dan sekarang ditempat baru, saya harus mulai lagi dari awal. “Berdarah-darah” lagi, sama seperti waktu membangun tvOne dulu. Hanya bedanya disini, ini bukan tv yang fokus di berita. Passion saya di dunia jurnalistik mungkin akan sedikit terabaikan. Yah, memang ada nilainya sih untuk itu semua.

Kita lihat saja bagaimana perjalananya nanti. Kali ajah si bos khilaf, ngajak saya balik lagi (haha.. ngarep). Coz I’m already missed anything about Rawa Terate II/2. hiks...

Tapi yasudahlah. Everything happens for a reason. Mungkin saja, ini memang the perfect time to saying good bye? We'll never know...

Wednesday, February 13, 2013

Loker

Beberapa hari lalu saya sempat marah-marah sama bagian kesekretariatan Divisi News. Hal sepele sih, masalah Loker. Tapi menurut saya konyol dan ga penting banget. Jadi gini ceritanya, atas nama penataan pemilik loker kantor yang menurut mereka sekarang banyak yang tak bertuan, maka akan dilakukanlah pemutihan. Yaitu semua loker akan diganti kuncinya, lalu dibagikan ulang. Kalau nanti kurang, maka akan dibuatkan loker-loker baru.

Maka ditempel lah pengumuman, bahwa ditanggal sekian semua loker akan dibobol untuk diganti kunci baru. Jadi diharapkan yang sekarang memiliki loker untuk segera mengeluarkan barang-barangnya.

Well, dari baca pengumuman ini ajah udah bikin saya emosi. Harusnya di data dong yang sudah punya loker siapa, dengan minta mereka melapor. Nah kalau dalam jangka waktu sekian tidak ada yang melapor, baru dibongkar. Karena apa jaminannya kita nanti akan dapat loker lagi?.

Untuk itu saya langsung menyampaikan hal ini ke supervisor bagian kesekretarian News. Begitu dengar penjelasannya, saya langsung tambah emosi. “Iyah mbak, sesuai keputusan direksi loker akan diputihkan. Lalu nanti dibagikan lagi. Tapi diprioritaskan Presenter, Produser lalu kebawah.” Tuh emosi kan. Bener-bener ga ada jaminan saya bakal dapat loker lagi.

Karena komplain saya tidak ditanggapi dan sebagai bentuk penolakan saya terhadap keputusan Direksi (yaela ga mutu banget direksi ngurusin loker), saya tidak mengeluarkan barang-barang di loker. Bahkan saya menambahkan selembar kertas bertuliskan nama saya disitu dan nomer telp.

Dannn.. Senin lalu ketika saya ingin menyimpan Hard Disc, loker saya sudah tidak bisa dibuka lagi. Pak satpam yang duduk tak jauh dari lorong loker kasih tahu kalau Jumat kemarin semua kunci loker sudah diganti.

Maka emosi saya memuncak. Saya samperin kubikal kesekretariatan News untuk (lagi-lagi) meminta penjelasan. Mbak-mbak sekret yang meski berjilbab, tapi mukanya jutek kembali menjelaskan penjelasan yang sudah saya dengar sebelumnya. “Iyah mbak, kan sudah dikasih tahu. Kunci loker diputihkan. Nanti dibagi ulang, tapi kita prioritaskan Presenter, Produser, bla..bla..bla…,”

Kombinasi kekesalan dan muka jutek si mbak sekret, sukses bikin saya ngomel-ngomel tanpa titik tanpa jeda. “Eh mbak, lo pikir cuma presenter, produser… yg paling banyak kerjaan disini. Ini lo liat gw bawa hard disc segede gaban mau ditaro dimana?” celoteh saya penuh amarah.

“Iyah mbak, tapi itu udah keputusan direksi,” jawab dia dengan muka yang tambah jutek.

“Eh, mana bos lo.. gw ngomong sini. Ngaku kerja di media, tapi masih ajah diskriminatif,” lanjut saya sambil berlalu karena saya tahu dimana ruang bosnya si embak. Embak itupun mengikuti saya dari belakang.

Sesampai diruangan si bos yang tadinya saya sudah mau cuap-cuap lagi, ehhh… jadi mencair karena si bos ini baiiikkk… sekali menjelaskan duduk perkaranya. Beda banget deh sama anak buah. Dia menjelaskan dengan senyum dan saya balas menjelaskan dengan wajah yang masih menahan kesal. “Iyah dong bang, gw kan harus nyimpan barang-barang tim kaya hard disc gini. Masa mau gw bawa-bawa,”

Mendengar ocehan saya, si bos langsung memerintahkan para anak buah untuk memberi saya kunci baru. Dan muka yang ga ikhlas karena saya akhirnya bisa mendapatkan loker, si embak sekret pun memberikan kunci dan mengantarkan saya ke gudang tempat barang-barang lama disimpan.

Well, what I'm trying to say base on tulisan ini: Udah deh, masa ga ada hal lain yang bisa diurusin. Bukannya merasa first class, tapi sebagai supporting (namanya juga supporting boookk..) orang-orang ini harusnya mempermudah kerja kita sebagai user. Dan FYI yah, kejadian model-model kaya gini bukan pertama kali terjadi. Sudah sering banget. Tapi yah mau bagaimana lagi, konsekuensi kerja di perusahaan besar. Huhu..

Udah ah, segitu dulu nyampahnya. *yawn..

Friday, February 1, 2013

Sooo... Married Life!


Berapa kali dalam seminggu anda bertengkar dengan pasangan? Kalau saya, hadeuuhh... ga keitung deh berapa jumlahnya. Hehe... At the first time, I thought there’s something wrong with my married life until I hangout with my girls.

Yups, beberapa teman yang saya lihat bahagia-bahagia saja, ternyata kehidupan pernikahannya tak jauh berbeda dengan saya. Awalnya, saya (dan juga mungkin mereka) agak tabu membicarakan tentang berbagai persoalan yang dihadapi bersama pasangan. Well, it’s too personal. You shouldn't share to anyone include your girls.



Entah siapa yang memulai, sampai akhirnya satu persatu kami mulai ‘mempergunjingkan’ pasangan kami. Hehe... and Its feel soooo, legaaaa. Bahkan yang awalnya kami saling meratapi kesialan kami karena punya pasangan yang juga tak kunjung mengerti, berakhir dengan tawa panjang karena merasa ‘ihh.. konyol juga yah. Masa gara-gara itu jadi sebel sama suami.’

Well, saya sih sebenarnya yang tertawa panjang. Abis masalah yang teman-teman saya hadapi ini lucu-lucu banget. (Huhu.. maafkan yah temanku, kalau aku tertawa diatas penderitaan mu, hehe...).

Ada seorang teman yang mati-matian menuntut persamaan hak dan kewajiban dalam berumah tangga, so called: Equal Partner. Dia bilang : “Enak ajah semua urusan rumah gw yang handle, gw kan juga kerja. Coba kalau gw ga kerja, emang dia sanggup ngelunasin cicilan macem-macem sendirian. Jadi dia juga harus ikut pusing dong kalo anak lagi susah makan, atau besok mau masak apa. Dia juga harus ngertiin gw dong, jangan kaya bocah mulu yang semua karakter dia harus dingertiin,” Nah, jadi masalah yang dihadapi dia sama suaminya yah.. ga jauh-jauh dari masalah kesetaraan hak dan kewajiban ini. Hehe..

Tapi ada juga yang justru sebaliknya: “Ah.. apaan tuh Equal Partner. Gw mau suami gw itu di depan, jadi pemimpin. Jangan apa-apa gw, semua hal gw. Masa mau ambil keputusan dirumah, mesti gw juga...” jelas teman saya, berapi-api.

Ada juga teman yang menemui kenyataan pahit kalau suaminya berhubungan diam-diam dengan mantan pacarnya. Si suami sih ngeles, bilangnya ga ada maksud apa-apa hanya sekedar ngobrol saja. “Hellooo... obrolan apa coba yang lo lakuin sama mantan lo? Mengenang masa lalu? Hueekk... Gw mah, walau kata punya banyak kesempatan berhubungan sama mantan karena satu kampus, satu tipe kerjaan dan satu tongkrongan, tetep ajah gw ogah kontak-kontakan. Dan gw bingung deh, tuh cewek kan juga udah punya laki. Kalau dia bete sama lakinya, jangan cari pelarian ke laki orang dong,” cerita teman saya dengan semangat empat lima. Hehe..

Ternyata yang dialami teman saya tadi juga terjadi pada teman saya yang lain. Berawal dari ketidaksengajaan menggunakan google search untuk riset tugas kantor, teman saya ini menemukan kalau ada suaminya pernah ‘stalking’ cewek yang dulu dia taksir berat. “Bener-bener deh cowok tuh sejago-jagonya ngumpetin, tetep ajah brengseknya ketauan. Apa emang udah karakter cowok yah yang sulit banget menjaga komitmen bersama,” seloroh teman saya tadi.

Untuk dua kasus diatas, saya ga berani cengengesan deh. Kondisinya memang bikin sebel tuh.

Ada juga teman yang tengah berjuang untuk memperbaiki kualitas hidup mereka dengan punya rumah. Alhasil, politik uang ketatpun diterapkan. Sampai suatu hari sang suami mendapat fasilitas gadget baru dari kantor dan langsung diminta sama si istri karena gadget yang dia miliki sudah kuno berat. “Tapi you know apa yang terjadi, gw ga dikasih make tuh henpon dengan alasan takut ketauan kantor. Nyebelin banget ga sih tuh orang. Gw udah mati-matian nahan diri buat ga boros demi bantu dia beli rumah, eh..gw minta tuh henpon ajah ga dikasih. Padahal kalau gw mau, bisa ajah gw beli gadget yang gw incer dari lama. Tapi demi bantu dia, gw rela. Padahal beli rumah kan bukan urusan gw,” terang teman saya ini sambil mengunyah Beef mushroom burgernya Burger King.

Well, mendengar cerita-cerita teman-teman saya ini ada perasaan lucu sekaligus sedihnya juga sih. Lucu karena, ada-ada ajah yah masalah mereka. Sedih karena cape banget kayanya harus tiap hari menghadapi konflik dengan pasangan. Padahal urusan lain kan ga kalah menguras otak dan tenaga. Urusan kantor, anak-anak, rumah dan lain-lain.



Kadang sih persoalan muncul karena kita sedang jenuh. Bukan karena jenuh sama kehidupan pernikahan, believe it or not, I never bored with my married life. Tapi jenuh sama kerjaan, jenuh sama mimpi kita yang tak kunjung nyata, jenuh sama pasangan (*loh, hehe...) yang mau ga mau suka ikut memperkeruh suasana. "Gw pikir masalah-masalah rumah tangga kaya gini cuma ada disinetron, tapi kok ternyata gw juga ngalamin yah..," kata teman saya, suatu hari.

Memang sih, konon kabaranya 5 tahun pertama pernikahan itu adalah masa yang paling berat. Dan katanya lagi, semua itu bisa dilalui dengan komunikasi, komitmen dan kesadaran diri yang tinggi. Beuuhhh.. teori sih gampang, prakteknya...? huhu..

Monday, January 28, 2013

Anyone, can help?

Kurang dari dua bulan dari berakhirnya masa cuti lahiran, saya memutuskan untuk kembali ke kantor. Yups, masih ada dua bulan lagi loh, tapi saya memilih untuk kembali kerja. Tentu, banyak yang menentang dan menganggap saya tidak sayang anak, egois dan sebagainya. Banyak yang bilang, saya tidak bersyukur atas kesempatan meninggalkan rutinitas kerja yang kata mereka membosankan. Yah, terserah sih orang mau bilang apa. Tapi saya punya pertimbangan sendiri mengapa harus cepat-cepat kembali kerja.

To be honest, ini bukan soal mengejar karir kok. Ini soal kenyataan bahwa dengan tidak bekerja, yang terjadi adalah pengeluaran menjadi lebih besar dari pendapatan. Karena biasa punya aktivitas, stay dirumah membuat saya jenuh dan sedikit mengalami postnatal depression. Bawaannya sebel mulu. Ujung-ujung pengen ngemol. Nah kalo ngemol, tapi ga jajan kan ga enak yah? Hehe.. Belum lagi dengan kondisi tambah anak, tapi pendapatan tidak bertambah-tambah, tentu besar pasak dari pada tiangnya akan semakin melebar.

So, begitu nemu orang yang bisa bantu Bibik di rumah akhirnya saya memutuskan untuk kembali kerja lebih awal. Dengan bekerja saya dapat uang lebih (sedikit), bisa ngobrol, ngegosip dan seru-seruan bareng sama teman-teman dikantor, plusss... berat badan saya kembali normal sebelum melahirkan kurang dari empat bulan setelah kedatangan si kecil. Hehe... Karena saya selalu hepi, produksi ASIpun semakin aman terkendali. Bahkan saya sempat donor ASI juga loh, untuk seorang Ibu yang sedang berjuang agar anaknya tidak tersentuh Susu formula.

Tapi baru sebulan kembali kerja, rasa jenuh datang lagi. Berasa nyesel dikit, kenapa cutinya ga dinikmati saja (dasar emak-emak labil). Akhirnya biar rasa jenuh ga tambah parah, saya dan temen-temen yah sesekali ngegosipnya dipindah ke mol (haahhh sama ajah dong???).

Anyway, sekarang saya lagi mikir-mikir sih apa yang salah. Kok sekarang-sekarang ini jadi gampang banget jenuh. Padahal anak-anak sehat dan tambah lucu. Saya ga kurang apapun, walaupun juga ga berlebih. Everything is on the right track, I guess. But somehow, I realize I need something new. Sesuatu yang bikin adrenalin saya terpacu. Sesuatu yang menantang dan membawa suasana baru. Dan ketika saya menulis tulisan ini, oh well saya tersadar sepertinya butuh pekerjaan baru. Anyone, can help?