Sunday, September 14, 2014

Takdir Anak


Kemarin keluarga kami baru saja menggelar acara syukuran 4 bulan kehamilan, calon anak pertama dari adik bungsu saya. Tradisi di keluarga kami, biasanya acara akan dipimpin oleh Nini (Nenek) kami yang meski sudah udzur tapi masih sehat. Nini akan memimpin doa, lalu memberi siraman rohani untuk kita semua.

Karena momennya tentang syukuran kehamilan, maka tema siraman rohani juga tidak jauh dari persoalan tentang bagaimana menjadi orang tua dan bagaimana agar kita tidak jadi anak yang durhaka. 

Nini bercerita ketika seorang janin memasuki usia 4 bulan, maka disaat itulah Allah SWT akan meniupkan rohnya dan menetapkan takdir dari si janin mulai dari jodoh, rejeki dan sebagainya sampai apakah nanti dia akan menjadi anak yang baik atau justru jadi anak durhaka. Cerita Nini tadi menggelitik saya untuk bertanya. Memang ada yah, anak yang ditakdirkan untuk menjadi anak durhaka? 

Menurut Nini, menjadi manusia buruk dan baik itu memang ada takdirnya. "Tapi jangan lupa, takdir itu ada juga yang bisa diubah dengan cara usaha dan doa," jelas Nini.

Nini melanjutkan, adalah tugas orang tua dalam membentuk anak-anak mereka dalam menjalani takdir yang telah ditetapkan. Meski ada anak yang ditakdirkan menjadi durhaka, tapi dengan bimbingan dan doa dari orang tuanya bukan tidak mungkin takdir si anak bisa berubah. Demikan juga sebaliknya.

Ada cerita seorang Uztads yang sangat sholeh diakhir kiamat menempati surga karena semua amalannya. Sementara anaknya, ternyata menghuni neraka karena segala dosanya. Saat disiksa, si anak mengadu pada malaikat. Mengapa bapaknya bisa masuk surga, sementara dia tidak? Padahal menurut si anak, dia menjadi durhaka karena si bapak yang tidak pernah membimbing dan mengajarkan amalan baik. Mendengar hal tersebut, malaikat mengkonfirmasi langsung kepada si bapak. Si bapak mengakui kelalaiannya yang tidak mendidik si anak dengan baik. Atas kelalaian tersebut, si bapakpun dibuang ke neraka.

Mendengar ini, saya langsung protes sama Nini. Saya bilang bahwa setiap anak itu punya kehendak sendiri. Kadang sudah sedemikan rupa kita mengajarkan kebaikan pada seorang anak, tapi ketika dihadapkan oleh lingkungan dan hasrat dari anak itu sendiri bukan tidak mungkin, semua ajaran kita akan sia-sia.

Lalu Nini menjelaskan, jika orang tua sudah memberikan bimbingan dan mencurahkan segala kebaikan pada si anak, tapi dia tetap tumbuh menjadi anak durhaka, maka hal tersebut tidak lagi menjadi dosa orang tua. “Dan ingat, kita jangan hanya mengajarkan anak untuk berbuat baik. Tapi kita juga harus memberi contoh pada mereka,” pungkas Nini.