Kemarin keluarga kami baru saja menggelar acara syukuran 4 bulan kehamilan, calon anak pertama dari adik bungsu saya. Tradisi di keluarga kami, biasanya acara akan dipimpin oleh Nini (Nenek) kami yang meski sudah udzur tapi masih sehat. Nini akan memimpin doa, lalu memberi siraman rohani untuk kita semua.
Karena
momennya tentang syukuran kehamilan, maka tema siraman rohani juga tidak jauh
dari persoalan tentang bagaimana menjadi orang tua dan bagaimana agar kita
tidak jadi anak yang durhaka.
Nini
bercerita ketika seorang janin memasuki usia 4 bulan, maka disaat itulah Allah
SWT akan meniupkan rohnya dan menetapkan takdir dari si janin mulai dari jodoh,
rejeki dan sebagainya sampai apakah nanti dia akan menjadi anak yang baik atau
justru jadi anak durhaka. Cerita Nini tadi menggelitik saya untuk bertanya.
Memang ada yah, anak yang ditakdirkan untuk menjadi anak durhaka?
Menurut
Nini, menjadi manusia buruk dan baik itu memang ada takdirnya. "Tapi
jangan lupa, takdir itu ada juga yang bisa diubah dengan cara usaha dan
doa," jelas Nini.
Nini
melanjutkan, adalah tugas orang tua dalam membentuk anak-anak mereka dalam
menjalani takdir yang telah ditetapkan. Meski ada anak yang ditakdirkan menjadi
durhaka, tapi dengan bimbingan dan doa dari orang tuanya bukan tidak mungkin
takdir si anak bisa berubah. Demikan juga sebaliknya.
Ada
cerita seorang Uztads yang sangat sholeh diakhir kiamat menempati surga karena
semua amalannya. Sementara anaknya, ternyata menghuni neraka karena segala
dosanya. Saat disiksa, si anak mengadu pada malaikat. Mengapa bapaknya bisa
masuk surga, sementara dia tidak? Padahal menurut si anak, dia menjadi durhaka
karena si bapak yang tidak pernah membimbing dan mengajarkan amalan baik. Mendengar
hal tersebut, malaikat mengkonfirmasi langsung kepada si bapak. Si bapak
mengakui kelalaiannya yang tidak mendidik si anak dengan baik. Atas kelalaian
tersebut, si bapakpun dibuang ke neraka.
Mendengar
ini, saya langsung protes sama Nini. Saya bilang bahwa setiap anak itu punya kehendak
sendiri. Kadang sudah sedemikan rupa kita mengajarkan kebaikan pada seorang
anak, tapi ketika dihadapkan oleh lingkungan dan hasrat dari anak itu sendiri
bukan tidak mungkin, semua ajaran kita akan sia-sia.
Lalu
Nini menjelaskan, jika orang tua sudah memberikan bimbingan dan mencurahkan
segala kebaikan pada si anak, tapi dia tetap tumbuh menjadi anak durhaka, maka
hal tersebut tidak lagi menjadi dosa orang tua. “Dan ingat, kita jangan hanya
mengajarkan anak untuk berbuat baik. Tapi kita juga harus memberi contoh pada
mereka,” pungkas Nini.