Saturday, December 28, 2013

Tahun Baru 2014

Dulu saya tidak pernah membayangkan, akan seperti apa kehidupan saya diusia 30 tahun. Apa saja yang sudah akan saya raih diusia itu. Saya sebenarnya bukan tipikal orang, yang suka merancang masa depan. Jadi bagi saya, hidup biarkan mengalir saja. Ga visioner banget deh pokoknya. Hehe..

Tapi disamping konsep hidup yang mengalir itu, saya adalah orang yang sulit untuk menawar saat ingin sesuatu. Pokoknya, gimana caranya harus dapat.

Jadi misalnya ketika menikah dulu, saya menargetkan 2 tahun baru beli rumah. Sebab kami tidak punya uang waktu itu. Standar pasangan muda yang baru saja menikah. Saat itu hitungan kasar saya, kita sudah akan punya uang untuk bayar down payment rumah dalam kurun waktu dua tahun.

Tapi keinginan punya rumah ini, terus saja menghantui saya. Pokoknya harus dapat. Saya tidak mau anak-anak saya nanti ikut merasakan hidup di kontrakan sempit dan cukup kumuh, yang jadi tempat tinggal pertama kami.

Dan selang tiga bulan setelah menikah, saat kami ada sedikit rejeki, kami sok-sokan memutuskan untuk membayar tanda jadi sebuah rumah indend sederhana.

Gaji kami berdua tak seberapa saat itu. Ga heran dalam proses pengajuan KPR, Bank sempat menolak dan meminta kami memberi tambahan uang muka. Tentu kami menolak. Uang dari mana lagi? Saya sempat patah semangat. Pihak bank menawarkan agar kami berhutang pada developer. Lalu saya bilang, "anda saja tidak mau mencairkan pinjaman karena menilai kami tidak sanggup bayar, masa kami harus menambah utang baru"? Singkat cerita, akhirnya bank itu mau mencairkan pinjaman kami. Hoooreee.. Hehe!

Pun demikian kita kami ingin merenovasi rumah. Kami tidak beruntung, mendapat rumah dengan kualitas yang sangat buruk karena developer yang tidak serius menggarap rumah kami.

Bingung mendapatkan uang dari mana untuk biaya renovasi. Tapi memang dasar jalannya yah, selalu ada saja rejeki untuk mewujudkan keinginan tadi.

Demikian juga dengan hal-hal lainnya, walaupun tidak semua juga sih. Yang ga kesampaian, juga ga kehitung banyaknya. Hehe..

Kadang saya cape sendiri suka terlalu obsesi sama suatu keinginan. Tapi ketika saya menahan diri untuk tidak selalu mengejar keinginan tadi, kok hidup serasa hambar yah?

Jadi usia ke-30 ini, saya sebenarnya merasa lebih dari cukup. Punya dua anak sehat, suami yang baik dan pekerjaan yang layak.

Tapi tetap kok, saya juga rajin ngeluh. Sering merasa tidak puas. Suka gatel hunting tempat kerja baru. Pengennya ini itu. Selalu haus sama tantangan baru.

Yah namanya juga manusia. Ga ada puasnya. Hehe...

Anyway, Selamat tahun baru! Yakin banget, tahun ini bakal banyak kejutan seru yang ga terduga dan menyenangkan.

Amiinnn....

Sunday, December 1, 2013

Ngarep

Setelah dicermati, salah satu hal dan paling dominan yang bikin manusia frustrasi adalah kebanyakan ngarep. Apalagi ngarep yang jauh banget dari harapan. Misalnya, saya selalu ngarep tiap berangkat ke kantor itu lancar. Tapi kenyataannya..? Hari gini, kalau bukan tengah malam mana mungkin jalanan lancar.
Contoh lain misalnya, kita ngarep pasangan kita bersikap A atau berperilaku B. Tapi mengubah sikap orang kan tidak semudah membalikan telapak tangan? Makanya, daripada terlalu ngarep mending relain ajah deh si pasangan begitu. Siapa tahu, nanti lama-lama juga sadar sendiri.
Hal sama juga berlaku dalam konteks pekerjaan, pertemanan, perkeluargaan dan sebagainya. Yang saya pelajari selama ini semakin ngarep semakin bikin frustrasi. Misalnya, kok punya bos nyebelin banget sih. Ga tau cara menghargai orang dan songong pulak.
Lalu kita pikir lagi, ada berapa banyak hal nyebelin dari kantor? Misalnya, ternyata salary kita OK tuh disitu, fasilitas dan tunjangannya juga lumayan. Orang-orangnya? Yah paling cuma satu dua orang ajah yang nyebelin sisanya menyenangkan. Apa kita masih perlu ngarep si Bos berubah jadi baik?
Demikian juga dengan pertemanan. Kita ngarep dengan menceritakan kesusahan kita, kita punya seseorang yang akan menyuport atau membesarkan hati kita. Tapi pada kenyataan, kita malah di judge macam-macam misalnya kebanyakan ngeluh atau ga tahu bersyukur.
Seandainya kita ga ngarep, maka kita akan menerima itu sebagai masukan positif. Tapi karena ngarep, maka kecewa lah kita. Hehe..
Nah dengan begitu menurut saya, penting bagi kita mengontrol kengarepan kita biar tidak kecewa. Well, talk is cheap. Ngomong gampang, tapi susah untuk diterapkan. Tapi disitulah seninya.
Jadi hidup itu seni dalam mengendalikan sikap suka ngarep agar kita, bisa lebih bahagia, tsaahh...
Salam Super..