Saturday, March 15, 2014

Sok Ekstrim Ga Jelas

Pacar saya yang dulu, sering menyebut saya sebagai 'interaksionis sejati'. Dia bilang, interaksionis itu adalah ciri-ciri orang yang ketagihan sama konflik (ga tau deh istilah ini benar apa tidak, belum cek mbah google. Hehe). Dalam ilmu sosial, konflik itu tidak selalu dimaknai negatif. Sebab konflik bisa saja membuat sebuah kelompok yang terpecah menjadi solid.

Contoh kasus, waktu Indonesia bersitegang dengan Malaysia terkait klaim malaysia terhadap beberapa kebudayaan Indonesia. Saat itu, rasa nasionalisme masyarakat tumbuh. Semua sepakat menganggap Malaysia musuh.

Atau dari kasus yang lebih sederhana, biasanya sepasang kekasih akan lebih intim sehabis bertengkar, misalnya.

Nah, orang-orang yang punya kecenderungan 'interaksionis' ini senang mencari-cari konflik untuk mencapai hal positif. Apapun dijadin konflik a.k.a masalah. And that was me, he said..

Tapi yang namanya konflik, kebanyakan orang pasti ingin menghindari. Cari aman lah. Makanya, orang dengan karakter 'interaksionis' ini kurang disukai. Kasarnya, emang ga ada cara lain apa untuk meraih sesuatu yang positif?

Lalu sekarang suami saya bilang kalau saya tipe orang yang suka 'sok ekstrem ga jelas' dalam melakukan atau berpikir tentang sesuatu. Ga ngerti sih maksudnya apa. Tapi kayanya agak-agak mirip sama si 'interaksionis' ini.

Oh well, mungkin saja apa yang orang katakan tentang saya itu benar meski ga sepenuhnya benar. Saya memang tergila-gila sama tantangan. Kadang suka terlalu spontan, sulit mengendalikan diri kalau sudah punya keinginan. Tahu sih itu tidak baik, tapi gimana dong namanya juga spontan.

Tapi mungkin dari 'kegilaan-kegilaan' itu yang membantu saya mencapai sesuatu. Walau terkadang juga, tidak jarang bikin kesandung batu.

Dan berhubung saya sudah tidak lagi muda, mungkin sudah saatnya belajar untuk lebih bersyukur. Ga perlu terlalu ngoyo. Ingat kalau prioritas utama, tetap anak-anak yang butuh ibunya lebih banyak dirumah.