Tuesday, May 26, 2015

Long-weekend Gateway

Awal bulan ini, dalam rangka merayakan libur panjang, saya dan pak Gentur berencana untuk pergi ke Yogya. Well, sebenarnya rencana awal bukan ke Yogya sih. Ke tempat yang tidak perlu effort besar untuk sekedar melihat pantai. Saat itu pilihannya antara ke Anyer, Tanjung Lesung atau Pulau Seribu.

Tapi dasar yah, karena dua-duanya sok sibuk, belum juga booking tempat hingga H-2 keberangkatan, maka semua penginapan yang OK sudah fully booked. Saya sih sebenarnya sudah pasrah, yaudah lah.. di Jakarta ajah road show dari satu mall ke mall lain. Tapi pak Gentur yang keukeuh ingin pergi karena dia merasa tidak enak sudah terlanjur janji sama anak-anak mau lihat pantai.

Sempat berganti menyupir karena pak Gentur ingin istirahat. Tapi tidak bertahan lama, karena si kecil rewel ga mau ibunya nyupir.
Singkat cerita, seusai sholat Subuh hari Jumat di hari libur hari Buruh, kami nekad berangkat ke Yogya. Deg-degan sudah pasti. Apalagi mengingat kondisi mobil yang belum sempat di bawa ke bengkel, plesss klakson pakai acara mati pulak. But anyway, show must go on. Tekad kita sudah bulat buat pergi ke Yogya. Hehe..

Kami pilih jalur Selatan. Karena berdasarkan pengalaman, jalur utara cenderung lebih ramai bus-bus dan juga truk besar. Sedangkan berdasarkan mbah google, jalur selatan relatif lebih sepi dengan pemandangan yang indah meski jalurnya berkelok dan agak lebih jauh.

Berbekal hasil risetan di google dan waze, perjalanan kami bisa dibilang lancar-lancar saja. Semua plang petunjuk jalan, jelas terlihat. Macet di Jalur Nagrek sekitar 2 jam-an, istirahat makan siang di Banjar. Kemudian jalan rusak Majenang dan kembali istirahat makan maghrib di Banyumas. Akhirnya kami tiba dengan selamat di Wates sekitar pukul setengah 9 malam.

Nah, disini lah perjalanan kami agak-agak terganggu ketika Waze tidak menunjukan rute yang sesuai dengan petunjuk jalan. Karena ingin cepat sampai, waktu itu kami pilih ikut petunjuk Waze. Karena sesuai dengan fungsinya, aplikasi ini bisa menunjukan arah yang cepat dan menghindari macet. Tapi faktanya, kami nyasar sampai ke jalan buntu yang sempit, gelap gulita dan kanan kirinya sawah. Cakep banget dah..

Akhirnya buru-buru kita putar balik, kembali ke jalan besar Wates-Yogyakarta dan si Waze-pun saya matikan. Setelah 17 jam, Alhamdulillah kami sampai Sleman dengan selamat. Yeayyyy...

Oiya, berikut rute yang kita tempuh: Jakarta - tol Cikampek - tol Purbaleunyi - Bandung - Tasikmalaya - Ciamis - Banjar - Majenang - Cilacap - Banyumas - Kebumen - Purworejo - Wates - Yogyakarta.


Day 1

Pukul 6 pagi saya sudah bangun, gara-gara duo krucil yang juga sudah bangun. Padahal semalam saya baru bisa tertidur sekitar pukul 1 dini hari. Badan Danis dan Einar agak hangat dari semalam. Danis memang sudah batuk dari sebelum berangkat. Saya memberi mereka paracetamol dan berharap disaat bangun pagi, mereka sudah segar kembali.

Tapi ternyata masih demam juga. Si kecil malah tidak mau makan. Sempat kepikiran untuk dirumah saja hari itu, mengingat besok Subuh kami harus kembali lagi ke Jakarta. Tapi pak Gentur ingin rencana awal harus tetap dijalankan.

Kami berangkat sekitar pukul 10. Tujuan pertama adalah brunch di Jejamuran. Resto favorite yang lokasinya memang tidak jauh dari rumah Sleman. Kami sekeluarga kompak, semua makanan yang disajikan di Jejamuran enaaakkkkk. Tempatnya luas dan nyaman. Dan yang terpenting: murah! Hehe...

Kelar makan, kita langsung meluncur ke daerah Gunung Kidul. Tadinya sih kita ingin coba pantai lain disekitar Kidul. Tapi karena sudah cape, akhirnya kita balik lagi ke Pantai Sepanjang, pantai yang sama yang kita kunjungi waktu libur lebaran tahun lalu.
lunas sudah janji sama anak-anak untuk mengajak berlibur ke pantai. :)

Perjalanan melelahkan Yogya-Sepanjang yang ditempuh sekitar 3 jam, terbayar dengan cakepnya pantai ini. Walaupun ombaknya besar, tapi dipantai ini ada semacam sungai yang memecah ombak hingga tidak sampai ke darat, jadi aman banget buat anak-anak.

salah satu pemandangan di Pantai Sepanjang
Sayang Einar masih cranky. Dia ga mau ikutan mas-nya main air. Mungkin karena masih ga enak badan. Tapi alhamdulillah si demannya sudah turun.

Dinner

Menjelang maghrib, acara main-main air harus disudahi. Dalam perjalanan pulang, saya kepikiran House of Raminten. Tempat yang konon kabarnya lagi ngehits di Yogya, buat kita makan malam.

menikmati daging steak yang diletakan di batu panas. Mau tahu harga seporsinya? 30 Ribu saja. hehe..
Saya lupa lokasinya dimana. Pokoknya hanya mengandalkan Waze dan engingeennggg.. Kita sampai! Dan benar saja, tempat ini memang lagi happening banget. Saking happening-nya sampai waiting list yang mau makan, panjaaangggg...

Lumayan frustrasi mengingat kita sudah keroncongan berat, badan pegal-pegal dan memikirkan besok subuh sudah harus pulang ke Jakarta. Tapi pak Gentur keberatan kalau harus muter-muter cari tempat makan baru.

Setelah bolak-bolik tanya nomer antrian, akhirnya tiba juga waktu kami untuk makan malam di tempat ini. So far, saya puas sih dengan makanannya. Lumayan enak. Tempat asik walaupun rame banget. Ada free WIFI dan yang terpenting murah! Pantes banyak yang rela antri.

Day 2: Pulang

Selepas makan malam di House of Raminten, kami langsung pulang dan segera merapihkan barang-barang untuk bersiap kembali ke Jakarta. Badan sudah ga karuan rasanya. Lagi-lagi, untung anak-anak ga rewel. Sepanjang libur, saya selalu menyiapkan kudapan ringan, buah-buahan dan memastikan mereka minimal satu kali makan dengan sayur. 

Maka pagi-pagi sekali, selepas solat subuh kami berangkat kembali ke Jakarta. Kami tetap memilih jalur selatan, jalur yang sama saat kami berangkat kembali. Untuk mempersingkat waktu, saya sengaja membawa bekal untuk sarapan. Kami baru berhenti untuk istirahat agak lama saat makan siang di Restaurant PringSewu, Majenangan. Resto yang dari kilometer 65 sudah kasih pengumuman dan terus memberi pengumuman setiap beberapa kilometer.

Buat saya, Pringsewu cukup direkomendasikan buat yang sedang melakukan perjalanan lewat jalur selatan. Makanannya lumayan enak, harga cukup, dan pelayanan yang ramah. Kita bahkan sempat dapat compliment saat pak Gentur mengaku tengah merayakan hari pernikahan.

Lancar

Perjalanan pulang, berjalan lancar tanpa ada kemacetan berarti. Macet baru menghadang saat tiba di Nagrek. Kesal sih. Tapi rasa kesal berkurang saat kami mulai menikmati pemandangan indah sepanjang jalur Nagrek. Sayang kami tidak sempat berhenti untuk sekedar menikmati pemandangan atau foto-foto. Badan sudah cape. Saat itu yang kami pikirkan bagaimana agar bisa segera sampai rumah.

salah satu pemandangan di jalur nagrek, melewati terowongan yang membelah bukit. Ini keren banget deh.
Lepas dari Nagrek, kemacetan baru menghadang memasuki Cipularang. Lalu lintas padat hingga pintu keluar tol rumah kami. Alhamdulillah, akhirnya kami bisa tiba di rumah sekitar pukul 9 malam.

Benar-benar perjalanan yang menyenangkan. Saya dan pak Gentur sepakat, kami perlu sering-sering berlibur seperti ini.