suasana latihan Drumband sekolah Danis |
BERTAHAN HIDUP
I could stay at home, but I prefer to work because I wanna teach my kids nothing in life comes easy ...
Friday, March 18, 2016
Saya dan Sekolah Danis
Sunday, February 14, 2016
Jika Anak Saya Gay?
Semoga kalian tubuh menjadi manusia yang mencintai kemanusian dan penebar segala kebaikan. Amin.. |
Thursday, February 11, 2016
Apes
Friday, January 1, 2016
Tahun Baru
Suasana hati saya sedang tidak baik, menyambut pergantian tahun. Seperti tahun-tahun sebelumnya, saya dan pak gentur memang jarang merencanakan sesuatu untuk menghabiskan pergantian tahun. Biasanya kami hanya menginap di rumah Ibu. Itupun tidak melakukan apa-apa. Makan malam kemudian tidur seperti biasa.
Namun pergantian tahun kali ini, terasa sangat tidak menyenangkan sekali. Tepat pada tanggal 31 Desember 2015, anak kedua dari sahabat saya Suci dan Agus, Razan berpulang ke Rahmatullah secara tiba-tiba. Ia tersedak saat sedang makan buah rambutan.
Saya shock bukan kepalang ketika sahabat saya yang lain dengan bercucuran mata mengabarkan berita duka ini. Dan yang membuat tangis saya pecah adalah ketika saya mengunjungi rumah duka dan melihat dua sahabat saya begitu tegar. Suci dan Agus menyambut kami dengan senyum. Mereka tak tampak seperti tengah berduka. Jika saya mereka, mungkin saya sudah menangis meraung-raung. Mengutuk siapapun penyebab musibah ini.
Dokter menyebutkan, Razan meninggal sekitar pukul 10 pagi. Setelah sholat Ashar, jenazahnya segera dikuburkan. Suci dan Agus benar-benar sudah ikhlas melepas putranya yang baru berusia 4 tahun itu. Suci ingin, Razan bisa beristirahat dengan tenang. Karena itu ia dan Agus tidak mau menunda menguburkan Razan.
Kebesaran hati Suci dan Agus ini memang layak saya tiru. Keikhlasan mereka dalam menerima kehendak Yang Maha Kuasa, yang ingin mengambil kembali apa yang telah dititipkan. Berkali-kali mereka bilang, Razan hanya titipan. Mereka harus siap kapapun Pemiliknya memanggil pulang.
Ada banyak rencana, keinginan dan harapan di tahun yang baru ini. Mau begini, mau begitu. Mengejar ini, mengejar itu. Tapi ketika bangun pagi tadi, entah mengapa semua pengharapan tersebut menguap dan berubah menjadi kepasrahan. Keinginan yang nyata saat ini lebih pada introspeksi diri. Kontemplasi.
Klise sih. Tapi saya ingin fokus pada kesadaran bahwa tak ada yang abadi di dunia. Bahwa semua hanya titipan. Bahwa saya lemah, saya tidak punya apa-apa dan sudah sepatutnya saya lebih bersyukur dan berserah kepada pemilik Semesta.
Di tahun yang baru ini, saya hanya ingin seperti Agus dan Suci. Agar bisa memiliki kesabaran dan kebesaran hati dalam menjalani hidup yang hanya sementara ini.
Amin YRA..
Friday, December 18, 2015
Pertemanan
Kalau ada apa-apa, ya langsung diomongin saja. Karena saya percaya, teman-teman saya tidak pernah bermaksud menyakiti saya, jadi saya pun berharap teman-teman saya tahu bahwa saya tidak bermaksud menyinggung atau menyakiti mereka. You’ve got what I mean?
Saturday, October 24, 2015
Am I Good Mother?
Tapi tadi pak gentur protes, kenapa saya tidak coba untuk merayu agar si kecil bisa kembali tidur dengan kami. Sudah saya jelaskan, anak ini keras kepala. He always gets what he wants.
Saya sendiri juga bingung kenapa si kecil tidak ingin tidur dengan saya malam ini. Padahal seharian ini kami bersama-sama. Weekend saat yang tepat untuk bonding. Karena itu saya coba merayu dia lagi, sambil saya gendong menuju kamar kami.
Bukannya diam, dia malah semakin menjadi-jadi. Suara tangis Einar yang memecah telinga ditengah kami yang lelah membuat emosi pak Gentur meninggi. Diambil anak itu lalu dimarahi. Awalnya saya sudah pasrah, membiarkan Einar kembali tidur sama bibi. Tapi pak gentur sudah tidak mau mengalah, memaksa sambil marah-marah pada bayi 3 tahun ini agar dia mau diam.
Tentu, anak yang belum mengerti apa-apa itu tidak mau menuruti perintah apapun, bahkan dari kedua orang tuanya sendiri. Saya memutuskan untuk menawarkan payudara saya, agar Einar yang sudah lama disapih, kembali menyusu. Dia pun diam dan kemudian tertidur.
Apa yang terjadi ini, kata pak Gentur, adalah salah saya. Saya sering pulang bekerja langsung tidur, tidak menidurkan anak-anak terlebih dahulu. Menurut dia, saya jarang mengoptimalkan waktu senggang saya bersama anak-anak. Sedih dengarnya.
Tapi mungkin yang pak Gentur bilang memang benar adanya. Ketika memutuskan untuk menjadi orang tua, harusnya saya sadar dengan segala konsekuensinya. Harusnya saya tahu apa prioritas saya.
Mungkin selama ini, saya memamg terlalu sibuk memikirkan diri sendiri. Pikiran saya terkotakan, bahwa saya berhak punya me time karena selama 5 hari dalam seminggu, 13 jam sehari, saya lelah bekerja membantu keluarga mencari nafkah.
Padahal me time saya tidak aneh-aneh. Saya jaraaanggggg... sekali meninggalkan anak-anak saat libur kecuali untuk tidur. Adalah peraturan tidak tertulis dari pak Gentur, bahwa waktu libur sudah seharusnya didedikasikan untuk anak-anak.
Pun... itupun sudah saya lakukan, tetap saja sulit rasanya menjadi ibu yang baik. Disinilah saat-saat dimana saya ingin sekali berhenti bekerja. Atau jikapun ingin tetap bekerja, mungkin sudah saatnya saya melepaskan semua keinginan dan cita-cita saya dan menyalurkannya dengan lebih mengurus anak-anak.
Lupakan me time. Lupakan pertemanan. Toh sudah ada sosial media. Selesai bekerja, langsung pulang. Ga usah mainan hp setelah sampai di rumah. Sesering mungkin peluk, cium dan katakan kepada mereka betapa saya amat sangat menyayangi meeka. Sebisa mungkin, penuhi apa yang mereka mau. Ambil alih semua pengurusan anak-anak di akhir pekan. Jangan tidur saat mereka tidak tidur.
Percaya atau tidak, hampir semua poin diatas sudah saya lakukan. Tapi apakah saya termasuk ibu yang baik? Am I good mother?
Hanya anak-anak dan Tuhan yang tahu.......
Wednesday, October 21, 2015
Review : Bridge of Spies
Tom Hanks berperan sangat apik sebagai pengacara yanh bertugas membela seorang mata-mata Soviet pada masa Perang Dingin |
Hanks + Spielberg = jaminan mutu! Hehe.. |