Sunday, April 1, 2007

lobi lagi.. lobi lagi..

Sepertinya keteguhan hati para wakil rakyat kita yang terhormat itu, untuk menggulirkan interpelasi semakin kuat. Tujuannya sederhana, hanya menanyakan sikap pemerintah yang mendukung resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1747. Resolusi ini nantinya akan memberikan sanksi kepada Iran, soal rencana program nuklir mereka. malam ini saja ketika saya konfirmasi dengan Yuddy Chrisnandie, salah seorang anggota dari Fraksi Partai Golkar, sudah 278 anggota yang menyatakan dukungannya. itu berarti, sudah lebih setengah jumlah anggota dewan yang berjumlah 550 orang. Mereka menilai, pemerintah wajib memberikan penjelasan mengapa Israel yang jelas-jelas mengakui keberadaan nuklirnya tidak dikenakan sanksi, sedangkan Iran justru sebaliknya.

"Ini jelas melanggar UUD '45 tentang sistem politik luar negeri kita yang bebas aktif," ujar Abdillah Thoha, salah satu penggagas Interpelasi dari PAN dalam suatu kesempatan terpisah.

Tidak seperti hak interpelasi maupun angket sebelum-sebelumnya, yang satu ini kemungkinan berhasilnya cukup besar. Bahkan Wapres, Jusuf Kalla yang notabenenya juga seorang Ketua Umum Partai terbesar itu juga keliatannya mulai melunak. Ini terlihat dari sikapnya yang mempersilakan aksi para anggota dewan.

Tapi nanti dulu, Fraksi Partai Demokrat ternyata juga sudah bersiap dengan jurus lobi-lobi politik untuk membatalkan aksi tersebut. Sekretaris Fraksi Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana ketika saya tanyakan mengenai hal ini pun, tidak memungkiri jurus lobi-lobi tadi.

Namun terlepas dari itu semua, ada yang menurut saya sangat lucu. Selama priode anggota DPR 2004-2007, setidaknya ada sekitar tujuh hak interpelasi dan angket yang kandas dalam Sidang Paripurna. Mulai dari kenaikan BBM 2005 lalu, pemanfaatan blok cepu oleh Exxon Mobil sampai dengan dua kali impor beras yang gagal semuanya.

Bagi saya pribadi, ini jelas konyol. Sebab persoalan dalam negeri, yang jelas-jelas ada di depan mata, ternyata tidak menjadi sesuatu yang 'seksi' bagi anggota dewan ini. Ok lah jika memang sikap Indonesia di mata dunia itu penting, tapi apakah tidak kalah penting dengan rakyat yang harus menjerit karena harus bersaing dengan beras-beras impor atau pun ketika harga bbm melambung tinggi.

Well, Saya memang tidak punya solusi untuk ini. Mungkin saat ini, saya hanya bisa mengamati