Monday, April 6, 2015

Cerita Menyapih

Sudah beberapa bulan terakhir ini, saya pelan-pelan mencoba untuk menyapih si kecil. Ceritanya sih, mau weaning with love. Jadi ga pake tuh PD di kasih pahit-pahit, dikasih cabe atau apalah biar si kecil berhenti menyusu. Cara ini, menurut beberapa penelitian dinilai cukup efektif untuk mencegah trauma pada si kecil dan membantunya tumbuh lebih maksimal.

Niat boleh bulat, tapi pada prakteknya ternyata memang tidak mudah. Ada moment dimana baby Einar justru semakin ga mau lepas menyusu. Ibunya kalau sedang dirumah, benar-benar ga boleh kemana-mana. Ke kamar mandipun ditungguin. Padahal usianya sudah 2 tahun lebih dan sedang tidak sakit juga.


Kondisi ini jauh berbeda dengan Danis, si mas-nya. Danis relatif lebih mudah disapih. Yah, karena faktor saat itu dia sering saya tinggal pergi untuk waktu yang lama. Saat terakhir saya pergi selama 3 minggu, pulang-pulang dia sudah tidak mau lagi menyusu. Padahal saat itu usianya belum genap 2 tahun.
 
Kembali ke Einar, saya juga sering mengajaknya berkomunikasi. Kasih tahu bahwa dia sudah besar, malu jika masih menyusu. Kadang juga saya batasi. Misalnya saat dia minta n*nen sebelum bobok saya kasih sebentar. Setelah itu saya lepas. Langsung merengek sih dia. Saya tetap diam, pura-pura tidur dan dia tambah nangis histeris. Tapi saya tahan-tahanin untuk ga ngasih. Sampai akhirnya dia bobok sendiri karena kecapean. Hiks.. kejam banget yah saya?

Suatu hari saya coba iseng kasih sambel di n*pple saya. Einar sempet histeris dan tidak mau nyusu selama beberapa saat. Antara lega dan sedih juga sih. Katanya mau weaning with love, tapi kok pakai cara-cara old school. Akhirnya saat dia rewel dan karena kasihan, saya tenangkan dengan menawarkan nyusu. Mau tahu jadinya gimana? dia makin ganasss nyusunya. Hehe…


Bayi pintar yang tahu benar bagaimana mendapatkan apa yang dia inginkan.. :D

Lalu beberapa akhir belakangan ini, saya sempat happy sesaat setelah selama beberapa hari Einar benar-benar stop menyusu. Hingga suatu malam, tanpa diduga, tiba-tiba saja si bayi cerewt ini menolak tidur sama saya. Dia merengek dan nangis minta bobok sama si bibik. Saya rayu, saya pukpuk, saya usap-usap bukannya diam dia nangis malah tambah kencang. 


Duh.. rasanya sediiiihhhh banget. Momen dimana saya merasa berdosa karena dia lebih banyak tumbuh dan besar sama si bibik dibandingkan saya sebagai ibunya.

Ditengah kesedihan dan mati gaya karena tidak tahu harus menenangkan dengan cara apa lagi, akhirnya saya pun menawarkan dia untuk menyusu: "Ade mau nyenye (nenen?)," tanya saya. Bocah ini dengan sigap langsung menjawab, "maauuuu... ".Dan beberapa saat kemudian, dia langsung terlelap dengan mulut yang masih menempel di PD saya. Fiuh.. :/

Di luar dugaan, kejadian ini terus berlanjut hingga malam kedua, ketiga dan seterusnya. Antara kesel, kagum dan lucu melihat bayi 2,5 tahun ini tahu benar bagaimana mendapatkan apa yang dia inginkan. Entah dari mana dia belajar, tapi sepertinya cerita menyapih ini akan terus berlanjut untuk waktu yang tidak bisa ditentukan.

Baiklah nak, Ibu ikut kamu saja! :*