Wednesday, January 29, 2014

Tentang Seorang Teman

Waktu di sekolah dulu, saya pernah punya beberapa teman dekat. Yah, ngegenk gitu deh. Jumlahnya sekitar 8 orang. Kami sangat dekat satu sama lain. Kami juga punya hobi yang sama, musik. Sampai kami punya band dan berhasil jadi band (kayanya yah) perempuan pertama yang manggung di acara Pentas Seni atau pensi ulang tahun sekolah kami.

Tidak mudah untuk bisa tampil di acara pensi. Kita harus ikut audisi dulu. Dan entah kenapa band kami bisa lolos audisi. Padahal masih amatir. Mungkin karena semua anggotanya perempuan, jadi juri merasa kasian. Hehe..

Selepas sekolah, tak satupun dari kami menempuh kuliah di universitas yang sama. Tapi kami masih sesekali bertemu, apalagi di saat momen penting seperti pernikahan dari salah satu kita.

Sampai suatu hari, kami berkumpul di sebuah Rumah Sakit. Salah satu dari kami sakit. Dia menderita suatu penyakit, tepat beberapa hari setelah melahirkan anak pertamanya. Saat itu saya pikir, dia akan segera sembuh seperti sedia kala. Tapi ternyata saya salah, penyakit itu membuat dia tidak bisa lagi berjalan.

Saya sedih sekali. Tidak terbayang rasanya menjadi dia. Waktu di rumah sakit, saya melihat wajahnya yang begitu tegar. Saya memang jarang mendengarnya mengeluh, saat kami masih sekolah dulu.

Lalu dia kembali ke Batam. Melanjutkan hidupnya disana. Beruntung BUMN tempatnya bekerja, masih mau menerimanya. Sejak saat itu, kami jarang berkomunikasi. Standar sih, karena kesibukan dan lain sebagainya.

Tapi sesekali saya masih mengikuti perkembangannya. Dia sangat ekspresif menuangkan perasaanya di sosial media. Kadang saya sangat sedih membaca apa yang dia tuliskan. Terutama karena ada perlakuan diskriminasi yang dia rasakan. Tapi saya memilih untuk diam tidak memberi komentar, karena takut melukai perasaanya. Yang bisa saya lakukan hanya berdoa.

Terakhir, saya melihat postingan foto terbarunya. Dia duduk di kursi roda, sedang berkumpul bersama keluarga. Saya melihatnya tersenyum, dan saya ikut tersenyum walau dengan hati yang sedih.

Senyumnya membuat saya saya merasa malu, kerdil karena terlalu banyak mengeluh. Saya tidak diposisi dia, tapi saya selalu merasa kurang dan ingin lebih. Saya selalu merasa mendapat perlakuan tidak adil, padahal hidup saya tidak ada apa-apanya dibandingkan apa yang dialami teman saya.

Kepada seorang teman, terima kasih sudah mengingatkan. Semoga kita bisa sama-sama menjadi manusia yang lebih banyak bersyukur.

Mari bersabar...

Sunday, January 5, 2014

Resolusi 2014

Tahun 2014 baru masuk beberapa hari. Belum telat rasanya untuk buat resolusi. Kata orang, ada baiknya resolusi itu ditulis. Jadi diakhir tahun, bisa kita lihat apa saja pencapaiannya. Well, saya tidak pernah melakukan ini sih sebelumnya. Tapi tahun ini, mari kita coba.. :)

Resolusi 2014

1. Ingin rapihin rumah lagi : beli hordeng baru (selama ini baru punya satu), beli meja rias (sama kamar set kalau bisa), cat rumah, sedikit renovasi teras depan.

2. Beberes mobil : ganti ban (pengennya semuanya sih diganti. Tapi 2 dulu juga ga apa-apa), ganti kulit jok plus karpet bawah. (buat saya, itu dulu sudah cukup. Jangan tanya suami yah. Dia pasti inginnya lebih banyak lagi).

3. Keluarga  : ingin bawa anak-anak berkendara jalan-jalan menyusuri pulau Jawa. Pengen juga sih, bawa mereka ke Lombok. Yang mana dulu deh. Yang penting bisa ajak rombongan sirkus jalan-jalan.. :)

4. Me : ingin bisa lebih baik lagi dalam segala hal (standar banget yah. Hehe..), olah raga rutin minimal seminggu 2x, lebih aware sama makanan sehat. Dan yang terakhir semoga tahun ini bisa merantau.

Meski saya menulis nomer satu sampai empat, tapi prioritas yang ingin dicapai urutannya dari bawah ke atas. Thats I really want it the most!

Semoga bisa tercapai. Aminnnn..