Beberapa minggu
lalu saya mendapat kiriman link video Youtube tentang seorang ibu muda yang
menyiksa bayinya. Rasanya shock minta ampun melihat video berdurasi sekitar 4
menit itu. Ga habis pikir, kok ada seorang ibu yang tega menyakiti anaknya
sendiri. Sementara binatang saja jika bayinya kita dekati, mereka akan menjadi
galak sebagai bentuk tindakan protektif kepadanya anaknya.
Memang ibu
tersebut, berdasarkan berita yang saya baca di internet, sudah menerima hukuman
18 bulan penjara. Tapi rasanya, saya kok ga puas yah. Ibu itu harus dihukum
sampai si anak mengerti dan akhirnya mau memaafkan langsung Ibunya tadi.
Saya menangis saat
menonton video itu. Walau hanya menonton sekali, tayangan Ibu yang memukul dan
menendang bayinya tersebut terus saja membekas dalam ingatan. Lalu saya akan
lebih sedih lagi ketika ingat saya pernah begitu jahat sama Danis, anak saya.
Yah, tidak sejahat ibu dalam video asal Malaysia itu. Tapi saya ingat pernah
begitu kesal pada Danis dan melayangkan cubitan saat Bibik, yang biasa membantu
kami sehari-hari sedang pulang kampung lebaran tahun lalu.
Saat itu, saya
harus mengurus semua keperluan rumah sendiri karena suami juga masih harus
bekerja. Danis begitu rewel. Maunya digendong terus. Padahal dia sudah besar,
meski belum bisa jalan.
Kejadian serupa
terjadi lagi beberapa minggu lalu saat Bibik pulang kampung. Saya sedang hamil
muda dan Danis lebih nakal dari yang sebelumnya, karena dia sudah bisa berlari.
Entah berapa kali saya marah pada anak ini dan mencubit dia. Tapi surprise-nya,
anak ini hanya nangis sebentar lalu dia sibuk main lagi. Hmm.. kebayang kan
betapa nakalnya dia?
Saya sempat
mengeluhkan hal ini beberapa kali kepada Ibu saya. Pada kejadian lebaran, Ibu
hanya bilang agar saya banyak sabar: “Namanya juga bayi, kamu marah-marah juga
ga bakal ngerti. Ngapain bikin cape sendiri,” kata Ibu.
Lalu saat saya
mengeluh hal yang sama beberapa waktu lalu, kali ini jawaban Ibu sangat
menohok: “Makanya, lain kali anak kasih Indomie ajah. Ga usah lah kasih
makanan-makanan bergizi. Kalau makan Indomie, dia kan jadi lemes tuh. Diem, ga
ada gizi untuk lari-lari.” Hehe.. rupanya Ibu sebel saya tidak juga mengerti
bagaimana menghadapi anak yang memang sedang nakal-nakalnya.
Well, begitulah..
Selama ini cuma ada teori-teori parenting tapi tidak ada cara yang sahih
bagaimana melatih kesabaran dalam membesarkan anak. Karena saya tahu dari Bapak
saya, kalau Ibu dulu juga pernah mengeluh hal yang sama saat saya masih bayi
dan sangat rewel sekali. Waktu itu jawaban Bapak saya atas keluhan ibu: “Ya
udah, Ibu tutup ajah mukanya pakai bantal biar tuh anak diam,” Hehe.. Bapak
saya ternyata lebih kejam yah dalam memberi saran. Tapi menurut Bapak, hal itu
Ia lakukan karena sudah sering menasehati dan membesarkan hati Ibu untuk lebih
sabar dalam mengurus anak.
Kalau sekarang,
jujur saja saya masih suka menyubit Danis. Tapi hanya sekedar untuk memberi
pelajaran bahwa ada hal-hal yang tidak semua baik Dia lakukan. Kadang trik saya
ini berhasil sih, walaupun biasanya hanya dimulut anak ini saja Dia bilang mengerti
sesudahnya tetap kembali seperti semula. Hehe..
Gentur sendiri,
suami saya, cenderung tidak setuju dengan cara saya menghadapi Danis. Dia pasti
marah kalau saya mencubit Danis di depan dia. Sementara saya juga tidak suka
cara Gentur yang menggunakan intonasi tinggi atau mirip membentak ketika
menegur Danis. Somehow, saya menilai cara saya jauh lebih baik. Dengan
memberitahu anak ini baik-baik, lalu jika dia masih mengulang baru saya
melayangkan cubitan. Hmm.. ego saya kali yah, merasa yang paling benar.
Tapi semarah apapun
saya pada anak ini, Insya Allah saya tidak akan sekalap Ibu muda di video itu. Di
satu sisi, saya yakini Ibu itu pasti sedang mengalami persoalan lain yang
memicu Ia melakukan kekerasan pada bayinya. Ini seperti yang terjadi pada saya.
Jika dalam kondisi mood yang baik, senakal apapun Danis akan saya lihat sebagai
sesuatu yang lucu bahkan terkadang membanggakan. Tapi ketika mood sedang buruk,
Danis melakukan kesalahan kecil saja sanggup membuat saya marah seperti orang
gila. Saya rasa pak Gentur juga seperti itu ketika Dia sedang memarahi Danis.
Yah.. ini memang PR
besar untuk saya dan Gentur sebagai orang tau. Bagaimanapun juga, anak adalah
amanah, pengubah dunia, sesuatu yang membanggakan dan menyenangkan apapun
kondisinya. Semoga kedepan, kami lebih bisa mengontrol diri dan lebih bijaksana lagi.
Amin YRA