Monday, May 21, 2012

Parenthood



Beberapa minggu lalu saya mendapat kiriman link video Youtube tentang seorang ibu muda yang menyiksa bayinya. Rasanya shock minta ampun melihat video berdurasi sekitar 4 menit itu. Ga habis pikir, kok ada seorang ibu yang tega menyakiti anaknya sendiri. Sementara binatang saja jika bayinya kita dekati, mereka akan menjadi galak sebagai bentuk tindakan protektif kepadanya anaknya.

Memang ibu tersebut, berdasarkan berita yang saya baca di internet, sudah menerima hukuman 18 bulan penjara. Tapi rasanya, saya kok ga puas yah. Ibu itu harus dihukum sampai si anak mengerti dan akhirnya mau memaafkan langsung Ibunya tadi.

Saya menangis saat menonton video itu. Walau hanya menonton sekali, tayangan Ibu yang memukul dan menendang bayinya tersebut terus saja membekas dalam ingatan. Lalu saya akan lebih sedih lagi ketika ingat saya pernah begitu jahat sama Danis, anak saya. Yah, tidak sejahat ibu dalam video asal Malaysia itu. Tapi saya ingat pernah begitu kesal pada Danis dan melayangkan cubitan saat Bibik, yang biasa membantu kami sehari-hari sedang pulang kampung lebaran tahun lalu.

Saat itu, saya harus mengurus semua keperluan rumah sendiri karena suami juga masih harus bekerja. Danis begitu rewel. Maunya digendong terus. Padahal dia sudah besar, meski belum bisa jalan.

Kejadian serupa terjadi lagi beberapa minggu lalu saat Bibik pulang kampung. Saya sedang hamil muda dan Danis lebih nakal dari yang sebelumnya, karena dia sudah bisa berlari. Entah berapa kali saya marah pada anak ini dan mencubit dia. Tapi surprise-nya, anak ini hanya nangis sebentar lalu dia sibuk main lagi. Hmm.. kebayang kan betapa nakalnya dia?

Saya sempat mengeluhkan hal ini beberapa kali kepada Ibu saya. Pada kejadian lebaran, Ibu hanya bilang agar saya banyak sabar: “Namanya juga bayi, kamu marah-marah juga ga bakal ngerti. Ngapain bikin cape sendiri,” kata Ibu.

Lalu saat saya mengeluh hal yang sama beberapa waktu lalu, kali ini jawaban Ibu sangat menohok: “Makanya, lain kali anak kasih Indomie ajah. Ga usah lah kasih makanan-makanan bergizi. Kalau makan Indomie, dia kan jadi lemes tuh. Diem, ga ada gizi untuk lari-lari.” Hehe.. rupanya Ibu sebel saya tidak juga mengerti bagaimana menghadapi anak yang memang sedang nakal-nakalnya.

Well, begitulah.. Selama ini cuma ada teori-teori parenting tapi tidak ada cara yang sahih bagaimana melatih kesabaran dalam membesarkan anak. Karena saya tahu dari Bapak saya, kalau Ibu dulu juga pernah mengeluh hal yang sama saat saya masih bayi dan sangat rewel sekali. Waktu itu jawaban Bapak saya atas keluhan ibu: “Ya udah, Ibu tutup ajah mukanya pakai bantal biar tuh anak diam,” Hehe.. Bapak saya ternyata lebih kejam yah dalam memberi saran. Tapi menurut Bapak, hal itu Ia lakukan karena sudah sering menasehati dan membesarkan hati Ibu untuk lebih sabar dalam mengurus anak.

Kalau sekarang, jujur saja saya masih suka menyubit Danis. Tapi hanya sekedar untuk memberi pelajaran bahwa ada hal-hal yang tidak semua baik Dia lakukan. Kadang trik saya ini berhasil sih, walaupun biasanya hanya dimulut anak ini saja Dia bilang mengerti sesudahnya tetap kembali seperti semula. Hehe..

Gentur sendiri, suami saya, cenderung tidak setuju dengan cara saya menghadapi Danis. Dia pasti marah kalau saya mencubit Danis di depan dia. Sementara saya juga tidak suka cara Gentur yang menggunakan intonasi tinggi atau mirip membentak ketika menegur Danis. Somehow, saya menilai cara saya jauh lebih baik. Dengan memberitahu anak ini baik-baik, lalu jika dia masih mengulang baru saya melayangkan cubitan. Hmm.. ego saya kali yah, merasa yang paling benar.

Tapi semarah apapun saya pada anak ini, Insya Allah saya tidak akan sekalap Ibu muda di video itu. Di satu sisi, saya yakini Ibu itu pasti sedang mengalami persoalan lain yang memicu Ia melakukan kekerasan pada bayinya. Ini seperti yang terjadi pada saya. Jika dalam kondisi mood yang baik, senakal apapun Danis akan saya lihat sebagai sesuatu yang lucu bahkan terkadang membanggakan. Tapi ketika mood sedang buruk, Danis melakukan kesalahan kecil saja sanggup membuat saya marah seperti orang gila. Saya rasa pak Gentur juga seperti itu ketika Dia sedang memarahi Danis.

Yah.. ini memang PR besar untuk saya dan Gentur sebagai orang tau. Bagaimanapun juga, anak adalah amanah, pengubah dunia, sesuatu yang membanggakan dan menyenangkan apapun kondisinya. Semoga kedepan, kami lebih bisa mengontrol diri dan lebih bijaksana lagi. Amin YRA